Liputan6.com, Nassau - Topan mengerikan melanda pulau-pulau utara Amerika Serikat, meninggalkan krisis kemanusiaan dan kehancuran yang tak terbayangkan.
Jumlah resmi korban tewas mencapai 43 pada Jumat 6 September 2019, namun diperkirakan akan terus bertambah seiring penyelidikan yang berlangsung pada saat itu, seperti yang diungkapkan oleh pejabat setempat kepada media.
Baca Juga
Dengan upaya bantuan yang terus berlangsung, banyak pengungsi terpaksa mencari cara untuk keluar dari kepulauan ini.
Advertisement
Melansir BBC, Selasa (5/9/2023), pada hari Jumat yang sama, ribuan orang yang putus asa meninggalkan pulau itu, berkumpul di Pelabuhan Great Abaco dan Grand Bahama, dua pulau yang paling parah terkena dampaknya.
Frustrasi meningkat ketika pengungsi, yang hanya membawa barang-barang tersisa, melaporkan evakuasi yang berjalan kacau dan lambat.
Sebagai contoh, Gee Rolle, seorang penyintas berusia 44 tahun, yang tengah menunggu perahu pribadi bersama istrinya, mengkritik tindakan pemerintah dengan mengatakan kepada Associated Press, "Hanya hewan yang bisa bertahan di sini."
Perdana Menteri Bahama, Hubert Minnis, yang berbicara kepada penyintas di Pelabuhan Abaco, meminta ketenangan dan menjanjikan lebih banyak transportasi gratis bagi mereka yang membutuhkan.
Kemudian Minnis mengonfirmasi bahwa jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 43, naik dari angka sebelumnya, yang mencapai 30. Dalam sebuah pernyataan, dia menyampaikan, "Kehilangan nyawa yang kita alami saat ini adalah bencana yang tak terbayangkan dan sangat merusak."
Menteri Pariwisata dan Penerbangan Dionisio D'Aguilar mendesak para pelancong untuk, "terus mengunjungi pulau-pulau Bahama yang tidak terdampak Topan Dorian karena ini akan sangat membantu rakyat kami."
Apa yang Terjadi dengan Evakuasi di Bahama?
Pada Jumat 6 September 2019, banyak warga dievakuasi menggunakan perahu dan pesawat pribadi, karena pemerintah Bahama masih menunggu kedatangan transportasi lainnya.
Kementerian Kesehatan Bahama mengatakan bahwa helikopter dan perahu sudah dikerahkan, tetapi bisa terlambat karena banjir parah.
Sebanyak 250 warga dievakuasi dari Abaco menggunakan kapal menuju ibu kota Bahama, Nassau.Â
National Voice of the Bahamas melaporkan bahwa kapal lain dengan ratusan penumpang sedang dalam perjalanan.
Sementara itu, 200 orang lainnya dievakuasi dari Abaco menggunakan penerbangan Bahamasair.
Di Grand Bahama, sebuah kapal pesiar besar menawarkan transportasi gratis ke Florida, memungkinkan penumpang yang mendapat izin untuk masuk ke AS untuk naik.
Salah satu penyintas, Firstina Swain berusia 75 tahun, mengatakan kepada Reuters bahwa "orang-orang Abaco harus segera keluar" karena "terlalu banyak jasad."
"Iya, tidak ada yang bisa membantu siapapun di Abaco, tidak ada tempat yang aman, semuanya sudah hancur," katanya.
Menurut PBB, setidaknya 70.000 warga Bahama membutuhkan bantuan kemanusiaan segera setelah rumah mereka hancur oleh topan ini.
Namun, PM dan pemerintahnya telah mendapat kritik atas kecepatan mereka terhadap krisis kemanusiaan ini.
Menurut laporan Miami Herald, kendali lalu lintas udara yang kacau juga menghambat operasi bantuan dan evakuasi.
Advertisement