Menteri Israel Serukan Ambil Alih Kendali Distribusi Bantuan di Jalur Gaza

Israel, tanpa menyertakan bukti, selama ini menuduh Hamas mencuri bantuan-bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 08 Agu 2024, 08:33 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2024, 08:28 WIB
Distribusi Makanan Warga Gaza Palestina
Warga berkerumun menunggu distribusi makanan di Rafah, Jalur Gaza selatan, Palestina, Rabu (8/11/2023). Sejak dimulainya perang Israel-Hamas, Israel membatasi jumlah makanan dan air yang diperbolehkan masuk ke wilayah Jalur Gaza sehingga menyebabkan kelaparan yang meluas di seluruh wilayah tersebut. (AP Photo/Hatem Ali)

Liputan6.com, Tel Aviv - Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich dalam pidatonya pada hari Senin (5/8/2024) di Kota Yad Binyamin mengatakan, Israel harus mengambil alih kendali penyaluran bantuan di dalam Jalur Gaza.

"Tidak mungkin dalam realitas global saat ini untuk berperang - tidak ada seorang pun di dunia yang akan membiarkan kami membuat dua juta warga kelaparan dan kehausan, meskipun mungkin adil dan bermoral hingga mereka mengembalikan sandera kami," ujar Smotrich seperti dilansir CNN, Kamis (8/8), seraya menambahkan bahwa jika Israel mengendalikan penyaluran bantuan di Jalur Gaza maka perang akan berakhir sekarang dan para sandera akan kembali.

"Anda tidak dapat melawan Hamas dengan satu tangan dan memberi mereka bantuan dengan tangan lainnya ... Itu tidak akan berhasil."

Israel memiliki kendali atas bantuan-bantuan kemanusiaan yang masuk ke Jalur Gaza, di mana kelompok-kelompok bantuan bertugas mendistribusikannya.

Sementara itu, Israel menghadapi kritik yang meningkat dari kelompok-kelompok bantuan dan organisasi internasional karena membatasi bantuan pangan ke Jalur Gaza yang terkepung. Sebuah pernyataan PBB, yang mengutip para ahli independen, mengindikasikan bulan lalu bahwa kelaparan telah menyebar ke seluruh wilayah kantong itu.

Para ahli menuduh Israel melakukan "kampanye kelaparan yang disengaja dan terarah," yang mereka sebut sebagai "bentuk kekerasan genosida".

Jaksa Mahkamah Pidana Internasional sedang mengajukan surat perintah penangkapan atas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan menjadikan kelaparan sebagai senjata perang, di antara tuduhan lainnya.

Netanyahu membantah tuduhan tersebut, dengan mengatakan bahwa tuduhan itu didasarkan pada "sekelompok kebohongan." Dia menyatakan jika warga Palestina di Jalur Gaza tidak mendapatkan cukup makanan, "Itu bukan karena Israel menghalanginya, namun karena Hamas mencurinya."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Smotrich: Gaza Hanya Butuh Bantuan Dasar

Potret Anak-anak Pengungsi Palestina Antre Pembagian Makanan di Kamp Jabaliya Jalur Gaza
Pengungsi Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan gratis di kamp pengungsi Jabaliya di Jalur Gaza pada Senin, 18 Maret 2024. (AP Photo/Mahmoud Essa)

Israel telah menyatakan bahwa mereka tidak akan mengakhiri perang di Jalur Gaza sampai semua sandera dibebaskan dan Hamas dimusnahkan. Perang dimulai setelah Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober 2023, yang diklaim Israel menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang.

Perang di Jalur Gaza telah mengakibatkan kematian lebih dari 39.000 warga Palestina.

Smotrich pada hari Senin menganjurkan kontrol Israel atas upaya bantuan sebagai sarana penting untuk mewujudkan tujuan perang yang telah ditetapkan.

"Tidak perlu membersihkan saluran pembuangan, tidak perlu pendidikan, tidak perlu kesejahteraan. Jalur Gaza dalam dua tahun ke depan (akan menjadi) zona perang. Yang dibutuhkan hanya makanan, obat-obatan, dan sanitasi minimal - air, pembuangan limbah. Itu saja," imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya