China secara sepihak menciptakan zona identifikasi pertahanan udara (Air Defense Identification Zone). Mencakup ruang udara di atas pulau-pulau yang masih jadi sengketa Tiongkok dan Jepang -- termasuk Senkaku atau Diaoyu. Dengan aturan itu, pesawat terbang yang memasuki kawasan harus mendapat izin dari Beijing. Langkah yang ditentang keras Jepang dan Amerika Serikat.
Sebagai bentuk penolakan, AS menerbangkan pesawat pengebom B-52 di atas kepulauan yang jadi sengketa di Laut China Timur. Tindakan yang jelas-jelas melanggar peraturan pertahanan udara baru Beijing sekaligus bisa mengobarkan ketegangan antara 2 kekuatan dunia.
2 Pesawat bomber milik AS -- yang tidak dilengkapi persenjataan karena menjadi bagian dari misi pelatihan -- terbang pada Senin 25 November dari Guam. Untungnya keduanya bisa kembali tanpa insiden apapun.
Misi kedua pesawat berlangsung selama beberapa jam, sementara mereka memasuki zona pertahanan udara China hanya selama 1 jam. Pilot kedua pesawat tak mengidentifikasi diri mereka saat memasuki wilayah udara yang disengketakan -- seperti yang diinginkan China.
Sementara juru bicara Departemen Pertahanan AS atau Pentagon mengatakan, 2 pesawat menjalani 'prosedur normal'.
"Kami memutuskan untuk mengikuti prosedur normal, termasuk tidak mengajukan rencana penerbangan, tidak menghubungi lewat radio, dan tidak mendaftarkan frekuensi kami," kata dia seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/11/2013).
Sejauh ini belum ada tanggapan dari China.
AS-Jepang Menentang Keras
AS -- yang memiliki lebih dari 70 ribu tentara di Jepang dan Korea Selatan -- sebelumnya mengatakan tidak akan mematuhi zona yang diterapkan China.
Menteri Pertahanan ASÂ Chuck Hagel menyebut zonasi itu sebagai, "upaya destabilisasi untuk mengubah status quo di kawasan tersebut".
Zona pertahanan China mendapat protes keras dari Jepang. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan, China mengambil langkah berbahaya.Tindakan sepihak China itu, menurut Abe, tidak punya alasan keabsahan apa pun untuk Jepang.
"Kami meminta China mencabut semua langkah yang bisa melanggar kebebasan penerbangan di ruang angkasa internasional," tegasnya.
Sementara, Taiwan menyesalkan langkah China dan menegaskan militernya akan mengambil tindakan untuk mempertahankan keamanan nasional.
Dalam pernyataannya saat mengumumkan zona pertahanan Sabtu lalu, Kementerian Pertahanan China mengatakan, pesawat harus melaporkan rencana penerbangan, "memelihara komunikasi radio dua arah", dan "menanggapi secara tepat waktu dan akurat terhadap pertanyaan identifikasi."
"Angkatan bersenjata China akan mengadopsi langkah-langkah darurat defensif untuk merespons pesawat yang tidak mau bekerja sama saat identifikasi atau menolak untuk mengikuti instruksi." [Baca juga: Rebutan Pulau, China `Perangi` Jepang Lewat Game Online] (Ein/Sss)
Sebagai bentuk penolakan, AS menerbangkan pesawat pengebom B-52 di atas kepulauan yang jadi sengketa di Laut China Timur. Tindakan yang jelas-jelas melanggar peraturan pertahanan udara baru Beijing sekaligus bisa mengobarkan ketegangan antara 2 kekuatan dunia.
2 Pesawat bomber milik AS -- yang tidak dilengkapi persenjataan karena menjadi bagian dari misi pelatihan -- terbang pada Senin 25 November dari Guam. Untungnya keduanya bisa kembali tanpa insiden apapun.
Misi kedua pesawat berlangsung selama beberapa jam, sementara mereka memasuki zona pertahanan udara China hanya selama 1 jam. Pilot kedua pesawat tak mengidentifikasi diri mereka saat memasuki wilayah udara yang disengketakan -- seperti yang diinginkan China.
Sementara juru bicara Departemen Pertahanan AS atau Pentagon mengatakan, 2 pesawat menjalani 'prosedur normal'.
"Kami memutuskan untuk mengikuti prosedur normal, termasuk tidak mengajukan rencana penerbangan, tidak menghubungi lewat radio, dan tidak mendaftarkan frekuensi kami," kata dia seperti dikutip dari BBC, Rabu (27/11/2013).
Sejauh ini belum ada tanggapan dari China.
AS-Jepang Menentang Keras
AS -- yang memiliki lebih dari 70 ribu tentara di Jepang dan Korea Selatan -- sebelumnya mengatakan tidak akan mematuhi zona yang diterapkan China.
Menteri Pertahanan ASÂ Chuck Hagel menyebut zonasi itu sebagai, "upaya destabilisasi untuk mengubah status quo di kawasan tersebut".
Zona pertahanan China mendapat protes keras dari Jepang. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan, China mengambil langkah berbahaya.Tindakan sepihak China itu, menurut Abe, tidak punya alasan keabsahan apa pun untuk Jepang.
"Kami meminta China mencabut semua langkah yang bisa melanggar kebebasan penerbangan di ruang angkasa internasional," tegasnya.
Sementara, Taiwan menyesalkan langkah China dan menegaskan militernya akan mengambil tindakan untuk mempertahankan keamanan nasional.
Dalam pernyataannya saat mengumumkan zona pertahanan Sabtu lalu, Kementerian Pertahanan China mengatakan, pesawat harus melaporkan rencana penerbangan, "memelihara komunikasi radio dua arah", dan "menanggapi secara tepat waktu dan akurat terhadap pertanyaan identifikasi."
"Angkatan bersenjata China akan mengadopsi langkah-langkah darurat defensif untuk merespons pesawat yang tidak mau bekerja sama saat identifikasi atau menolak untuk mengikuti instruksi." [Baca juga: Rebutan Pulau, China `Perangi` Jepang Lewat Game Online] (Ein/Sss)