Liputan6.com, Jakarta Bagi pasien tanpa gejala maupun ringan usai selesai masa isolasi 14 hari dan hasil tes sudah negatif dari COVID-19 idealnya melakukan pemeriksaan darah dan thoraks.
"Sebenarnya kalau untuk idealnya, iya. Karena ada sebagian, pada orang yang tidak bergejala pun pasti ada bercak putih atau terjadi peradangan infeksi di paru padahal dia enggak bergejala," kata praktisi klinik dan relawan COVID-19 dr. Muhamad Fajri Adda'i.
Baca Juga
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada ini, mengatakan rontgen berguna untuk pemeriksaan lanjutan bila ada gejala lain usai pasien COVID-19 menjalani isolasi selama 14 hari.
Advertisement
Menurut Fajri, ahli medis baru bisa melakukan tata laksana pengobatan jika terdapat indikasi yang tidak seharusnya.
"Untuk membantu menegakkan diagnosis dokter melakukan pemeriksaan itu berdasarkan cerita dulu, terus pemeriksaan fisik, baru rontgen dan pemeriksaan penunjang, salah satunya swab," kata Fajri.
Â
Simak Juga Video Berikut
Pemeriksaan Darah
Selain rontgen, pasien COVID-19 idealnya juga melakukan pemeriksaan darah, apalagi jika orang tersebut memiliki penyakit bawaan seperti jantung, pembekuan darah hingga gangguan ginjal.
Pemeriksaan darah juga berguna untuk membedakan apakah seseorang menderita COVID-19, DBD atau thypoid, sebab gejala yang ditimbulkan pada penyakit ini sedikit mirip.
"Kalau orang punya komorbid, idealnya dicek di rumah sakit, trombositnya, karena ada yang mirip-mirip juga sama DBD, typhoid. Yang penting cek-cek pembekuan darah, lihat apakah ada pembekuan darah di pembuluh darahnya, itulah kenapa kalau bisa dicek," ujar Fajri mengutip Antara.
Fajri mengatakan 16 persen orang yang terinfeksi COVID-19 mengalami pembekuan darah, terlebih yang memiliki komorbid. Pembekuan darah ini bisa dicegah dengan diberikan obat-obatan agar tidak semakin memburuk.
"Jadi, idealnya, semua pasien COVID-19 dirontgen, periksa darah juga iya," imbuhnya.
Akan tetapi, dengan situasi yang tidak memungkinkan seperti sekarang ini, hal tersebut sulit dilakukan apalagi dengan kendala akses kesehatan yang terbatas dan biaya yang tidak murah
Advertisement