WHO: Kematian Akibat Tuberkulosis Meningkat untuk Pertama Kali dalam Satu Dekade

Data Global Tuberkulosis (TB) 2021 dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade menunjukkan peningkatan angka kematian.

oleh Ade Nasihudin Al Ansori diperbarui 17 Okt 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2021, 10:00 WIB
Ilustrasi Tuberkulosis
Ilustrasi Tuberkulosis Foto oleh Anna Shvets dari Pexels

Liputan6.com, Jakarta Data Global Tuberkulosis (TB) 2021 dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade menunjukkan peningkatan angka kematian.

Hal ini disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang dinilai telah membalikkan kemajuan global selama bertahun-tahun dalam mengatasi tuberkulosis.

Pada 2020, lebih banyak orang meninggal karena TB, dengan jauh lebih sedikit orang yang didiagnosis dan diobati atau diberikan pengobatan pencegahan TB dibandingkan dengan tahun 2019.

Tantangan pertama penanganan TB adalah gangguan akses ke layanan dan pengurangan sumber daya. Di banyak negara, sumber daya manusia, keuangan, dan sumber daya lainnya telah dialokasikan kembali dari penanganan TB ke respons COVID-19, sehingga membatasi ketersediaan layanan penting.

Tantangan kedua yakni orang-orang telah berjuang untuk menghindari paparan COVID-19 dang tetap berada di rumah.

“Laporan ini menegaskan ketakutan kami bahwa gangguan layanan kesehatan akibat pandemi dapat mulai memengaruhi penanganan tuberkulosis yang mulai membaik beberapa tahun terakhir,” kata Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO dalam keterangan pers Kamis (14/10/2021).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mengkhawatirkan

Tedros menambahkan, ini adalah berita mengkhawatirkan yang harus menjadi peringatan global akan kebutuhan mendesak terkait penanganan TB.

Layanan TB adalah satu di antara banyak layanan yang terganggu oleh pandemi COVID-19 pada 2020. Namun, dampak COVID-19 terhadap TB terbilang sangat parah ketimbang pada layanan lainnya.

“Sekitar 1,5 juta orang meninggal karena TB pada 2020 (termasuk 214.000 di antara orang HIV-positif).”

Peningkatan jumlah kematian akibat TB terutama terjadi di 30 negara dengan beban TB tertinggi. Proyeksi pemodelan WHO menunjukkan jumlah orang yang mengembangkan TB dan meninggal akibat penyakit ini bisa jauh lebih tinggi pada 2021 dan 2022.


Tak Terdiagnosis

Banyaknya orang yang enggan pergi ke rumah sakit menjadi tantangan dalam menyediakan dan mengakses layanan TB esensial. Hal ini membuat banyak orang dengan TB tidak terdiagnosis pada 2020.

Jumlah orang yang baru didiagnosis dengan TB dan yang dilaporkan ke pemerintah nasional turun dari 7,1 juta pada 2019 menjadi 5,8 juta pada 2020.

WHO memperkirakan bahwa sekitar 4,1 juta orang saat ini menderita TB tetapi belum didiagnosis dengan penyakit tersebut atau belum secara resmi melaporkan kepada otoritas nasional. Angka ini naik dari 2,9 juta pada 2019.

Negara-negara yang paling berkontribusi terhadap penurunan global dalam pelaporan TB antara 2019 dan 2020 adalah India (41 persen), Indonesia (14 persen), Filipina (12 persen) dan China (8 persen). Ini dan 12 negara lainnya menyumbang 93 persen dari total penurunan pelaporan kasus TB global.

 

 


Infografis Isi Tas Siaga COVID-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas

Infografis Isi Tas Siaga Covid-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas. (Liputan6.com/Niman)
Infografis Isi Tas Siaga Covid-19 Saat Siswa Ikut PTM Terbatas. (Liputan6.com/Niman)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya