Liputan6.com, Jakarta Kementerian Kesehatan berupaya mengantisipasi gelombang ketiga COVID-19 dalam menghadapi Natal 2021 dan Tahun Baru (Nataru) 2022. Upaya tersebut diperkuat dengan pemantauan di pintu-pintu perbatasan negara hingga kesiapan tempat tidur COVID-19.
Saat Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan walau sudah ada pengetatan di pintu masuk bisa saja ada yang lolos. Meski begitu, identifikasi di sejumlah titik perbatasan yang paling banyak keluar-masuk Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) teridentifikasi.
Advertisement
Baca Juga
"Memang benar, enggak sempurna, karena pintu-pintu masuk Indonesia banyak keluar-masuk. Tapi setidaknya kita sudah bisa identifikasi daerah yang paling berisiko karena banyak masuk," jelas Budi Gunadi di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta pada Senin, 8 November 2021.
"Di titik udara (pintu masuk bandara) paling banyak Soekarno-Hatta. Di darat, (pintu perbatasan) paling banyak di Entikong dan laut (pintu pelabuhan) paling banyak di Batam. Pertahanan kita dibangun di titik-titik ini."
Penguatan di pintu masuk Indonesia juga sebagai upaya mencegah varian Virus Corona masuk. Data Kementerian Kesehatan per 8 November 2021, jumlah kedatangan di Bandara Soekarno-Hatta mencapai 434.234 orang, kedatangan di Entikong 28.173, dan kedatangan di Batam mencapai 35.797 orang.
Â
** #IngatPesanIbuÂ
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
#sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua
Strategi Surveilans Semakin Naik
Pada strategi deteksi yang mencakup 3T (testing, tracing, treatment), menurut Budi Gunadi Sadkin, persentase terus meningkat walau kasus konfirmasi COVID-19 turun. Berdasarkan data Kemenkes per 1 November 2021, jumlah pemeriksaan harian COVID-19 di angka 159.695.
Rasio kontak erat hasil pelacakan hingga 3 November 2021 juga meningkat di angka 12,67. Orang yang positif COVID-19 dari hasil kontak erat pun dilakukan karantina dan pemeriksaan entry di swab sampai yang bersangkutan negatif COVID-19.
"Kita bicara strategi deteksi atau strategi 3T atau surveilans. Pastinya ini semua naik. Jumlah testing dan rasio kontak erat kita tetap naik," papar Budi Gunadi Sadikin.
"Ini yang kita jaga terus supaya lebih tinggi dari standarnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kita pastikan, jangan sampai meledak lagi kasusnya (COVID-19)."
Adanya rasio kontak erat yang meningkat, lanjut Menkes Budi, agar identifikasi penemuan kasus positif COVID-19 lekas diketahui.
"Kalau bisa lebih cepat kita identifikasi hasil surveilans supaya bisa cepat di karantina, sehingga mencegah jangan sampai ada ledakan gelombang ketiga," pungkasnya.
Advertisement
Kapasitas Tempat Tidur COVID-19 Cukup
Dari segi strategi perawatan atau terapeutik, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kapasitas tempat tidur (bed) COVID-19 saat ini cukup longgar.
"Kita punya 400.000-an bed, lalu yang dikasih (diperuntukkan) buat COVID-19 sekitar 120.000 bed," katanya.
"Sekarang diisi 3.000 bed, Alhamdulillah dari sisi kapasitas, kita cukup longgar."
Upaya yang dilakukan Kemenkes yakni mengoptimalkan kapasitas tempat tidur COVID-19 untuk perawatan COVID-19. Saat terjadi lonjakan kasus COVID-19, tempat tidur rumah sakit dapat dikonversi hingga 40 persen untuk pasien COVID-19.
Berdasarkan data Kemenkes, konversi tempat tidur COVID-19 per 6 November 2021 mencapai 24 persen. Sebagai pembanding, saat terjadi gelombang kedua COVID-19 di Indonesia pada Juli 2021, konversi tempat tidur COVID-19 sebesar 92,1 persen.
Infografis 7 Tips Tingkatkan Kekebalan Tubuh Cegah Gelombang Ketiga Covid-19
Advertisement