Liputan6.com, Jakarta - Sejarah Islam menyimpan banyak pelajaran berharga, terutama dari kisah para sahabat Nabi Muhammad SAW. Salah satunya adalah Sayyidina Umar bin Khattab, seorang pemimpin yang dikenal adil, tegas, namun penuh kelembutan hati.
Dalam salah satu ceramahnya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau Gus Baha, mengisahkan momen luar biasa dari Sayyidina Umar yang menunjukkan betapa mendalamnya keimanan dan kebijaksanaannya.
Advertisement
Gus Baha, pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an Lembaga Pembinaan, Pendidikan, dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, menyampaikan cerita ini dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @GusBahaofficial99. Kisah ini menjadi pelajaran penting tentang bagaimana menyikapi musibah dengan hati yang lapang.
Advertisement
Dalam ceramahnya, Gus Baha menjelaskan bahwa Sayyidina Umar ditusuk oleh seorang Majusi bernama Abu Lu’lu’ah. Peristiwa itu terjadi ketika Sayyidina Umar sedang memimpin sholat Subuh. Meskipun serangan tersebut mengakibatkan luka fatal, respons Sayyidina Umar sangat mencerminkan kedalaman imannya.
"Ketika ditusuk, Sayyidina Umar tentu merasa marah, namanya juga manusia. Tapi apa yang diucapkannya? Umar justru berkata, 'Alhamdulillah, yang menusuk saya adalah orang Majusi, yang tidak pernah sujud kepada Allah,'" ungkap Gus Baha.
Ucapan ini menunjukkan betapa Sayyidina Umar bahkan dalam kondisi terluka parah tetap berpikir jauh ke depan. Ia bersyukur bahwa orang yang menyerangnya tidak memiliki amal sholat, sehingga tidak ada alasan baginya untuk takut terhadap tuntutan di akhirat.
Menurut Gus Baha, Sayyidina Umar khawatir jika orang yang menyerangnya pernah sujud atau sholat. Sebab, jika demikian, pelaku bisa saja berargumen kepada Allah di akhirat. "Kalau dia pernah sujud dan kemudian masuk neraka karena menusuk saya, dia bisa berkata, 'Ya Allah, saya pernah sujud kepada-Mu, kenapa saya masuk neraka?'" tutur Gus Baha menirukan logika yang disampaikan Sayyidina Umar.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Besarnya Penghormatan Sayyidina Umar RA Terhadap Ibadah Sujud
Sikap ini menunjukkan betapa besar penghormatan Sayyidina Umar terhadap ibadah sujud. Bahkan dalam kemarahannya, ia tetap mempertimbangkan hak-hak orang lain di hadapan Allah. Hal ini menjadi teladan luar biasa tentang bagaimana menghormati sesama manusia, bahkan musuh sekalipun.
Sayyidina Umar memandang sujud sebagai ibadah yang sangat mulia, sehingga ia tidak ingin dendam pribadinya menyebabkan seseorang yang pernah sujud masuk neraka. "Bayangkan, Umar itu punya alasan untuk dendam. Tapi dendamnya tetap dalam koridor syariat. Kalau orang yang menusuknya tidak pernah sujud, maka masuk neraka itu pantas," jelas Gus Baha.
Dalam ceramahnya, Gus Baha juga menjelaskan bahwa sikap ini menunjukkan kualitas akhlak para sahabat Nabi. Mereka tidak hanya berorientasi pada balas dendam, tetapi selalu mempertimbangkan keridhaan Allah dalam setiap tindakan.
Sikap Sayyidina Umar ini bisa menjadi pelajaran bagi umat Islam dalam menyikapi musibah atau perlakuan buruk dari orang lain. "Kalau kita marah, seringkali hanya memikirkan ego kita. Tapi Umar bahkan dalam marahnya tetap berpikir, apakah ini sesuai dengan kehendak Allah?" ujar Gus Baha.
Gus Baha juga mengingatkan bahwa penghormatan terhadap ibadah, seperti sujud, adalah salah satu ciri keimanan yang tinggi. Bahkan terhadap orang yang melakukan kesalahan besar sekalipun, ibadah mereka tetap dihormati.
Sikap seperti ini, menurut Gus Baha, menunjukkan betapa dalamnya keimanan Sayyidina Umar. Ia tidak hanya memikirkan urusan dunia, tetapi juga konsekuensi di akhirat. "Kalau orang seperti Umar saja berpikir sejauh itu, bagaimana dengan kita?" tanya Gus Baha retoris.
Advertisement
Kebesaran Jiwa Sayyidina Umar RA
Ceramah ini juga menjadi pengingat bahwa Islam mengajarkan keseimbangan antara hak individu dan tanggung jawab di hadapan Allah. Sebagai seorang pemimpin, Sayyidina Umar menunjukkan teladan luar biasa dalam menghadapi musibah dengan sabar dan bijaksana.
Gus Baha menegaskan bahwa pelajaran dari kisah ini adalah pentingnya menjaga hati agar tidak mudah dikuasai oleh dendam atau kebencian. "Kalau Umar saja bisa seperti itu, kita yang jauh dari kualitasnya harus terus belajar untuk mengontrol diri," ujarnya.
Sayyidina Umar, meskipun dalam kondisi kritis, tetap menunjukkan sikap yang mencerminkan kebesaran jiwanya. Bahkan musuh yang menyerangnya tidak dijadikan alasan untuk melupakan prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran.
Kisah ini juga menjadi pengingat bahwa setiap tindakan kita, termasuk bagaimana kita menyikapi musuh, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. "Islam itu bukan hanya tentang apa yang kita lakukan, tapi juga bagaimana kita melakukannya," tambah Gus Baha.
Melalui ceramah ini, Gus Baha mengajak umat Islam untuk terus belajar dari kisah-kisah sahabat Nabi yang penuh dengan pelajaran hidup. "Kita tidak hanya belajar tentang agama, tapi juga tentang bagaimana menjadi manusia yang lebih baik," tutupnya.
Ceramah Gus Baha ini mengingatkan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan, penghormatan, dan keadilan, bahkan dalam situasi sulit sekalipun.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul