Alibaba Pecat Pegawai Perempuan yang Menuduh Bosnya Melakukan Kekerasan Seksual

Kasus diduga kekerasan seksual terhadap pegawai perempuan Alibaba ini telah jadi salah satu pendorong gerakan #MeToo yang paling menonjol di China.

oleh Asnida Riani diperbarui 13 Des 2021, 13:01 WIB
Diterbitkan 13 Des 2021, 13:01 WIB
Virus Corona Mewabah, Kota Markas Alibaba Sepi Aktivitas
Pria bermasker berdiri dekat supermarket Alibaba di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Rabu (5/2/2020). Pemerintah Hangzhou memberlakukan pembatasan pergerakan bagi warganya menyusul mewabahnya virus corona. (NOEL CELIS/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa e-commerce China, Alibaba, dilaporkan memecat seorang pegawai wanita yang menuduh atasannya memperkosanya selama perjalanan bisnis Juli lalu. Kasus ini terutama menyoroti budaya kerja beracun dari industri teknologi negara itu dan rintangan yang dihadapi wanita China ketika mereka mengklaim mengalami kekerasan seksual, lapor New York Times, Senin (13/12/2021).

Wanita itu, yang diidentifikasi dalam dokumen pengadilan dengan nama belakangnya, Zhou, mengetahui pemecatannya dalam sebuah surat bulan lalu dari afiliasi perusahaan yang berbasis di Hangzhou, Zhejiang Tmall Technology. Ini diutarakan pengacara yang mewakilinya, Du Peng.

Kasusnya, dan kehebohan online yang dipicu sejak Agustus, jadi salah satu pendorong gerakan #MeToo yang paling menonjol di Tiongkok. Inisiasi ini berupaya meningkatkan kesadaran akan masalah pelecehan seksual, selain juga menggarisbawahi bias budaya dan institusional yang mengakar pada perempuan.

Alibaba, yang merupakan inti dari kerajaan bisnis Jack Ma, pada awalnya bergerak cepat untuk menanggapi tuduhan tersebut. Pihaknya mempublikasikan dengan membentangkan spanduk di kafetaria perusahaan dan mengunggah video protes di situs web internal perusahaan.

Alibaba memecat pria tertuduh, sementara dua manajer senior mengundurkan diri karena gagal mengambil tindakan setelah Zhou melaporkan kejadian tersebut. Sekarang perusahaan tampaknya membantah tuduhan yang dimaksud, mengatakan dalam surat pemecatan bahwa ia telah "menyebarkan kebohongan seperti 'diperkosa oleh eksekutif dan perusahaan tahu, tapi tidak menanganinya.'"

"Sejak Agustus, insiden itu telah melalui beberapa liku-liku," lanjut surat itu, "Dan kerugian yang ditimbulkan pada perusahaan dan para pihak, termasuk Anda, tidak terhitung."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Kronologi Kejadian

Kekerasan Secara Seksual
Ilustrasi Kekerasan Seksual Credit: pexels.com/pixabay

Alibaba belum memberi komentar resmi terkait keputusan tersebut. Du, pengacara korban, menolak berkomentar selain mengonfirmasi pemecatan dan surat yang menginformasikan, yang sebelumnya dilaporkan Dahe Daily, sebuah publikasi dari Grup Surat Kabar Harian Henan milik negara.

Publikasi itu memuat wawancara panjang dengan Zhou, di mana ia menceritakan penderitaan yang dialami setelah tuduhannya, termasuk pelecehan online, ancaman tindakan hukum terhadapnya, dan efektif sejak 25 November, pemecatannya. Du mengatakan bahwa Zhou tidak dapat segera memberikan komentar.

Dalam video yang ia unggah di situs internal perusahaan, Zhou menuduh bosnya, yang diidentifikasi dalam laporan media dengan nama belakangnya, Wang, menyerangnya di sebuah hotel di kota Jinan setelah mabuk dengan klien perusahaan, yang juga ia tuduh dengan pelanggaran serupa.

Zhou mengatakn ia telah melaporkan serangan itu ke perusahaan, tapi tidak ada yang bertindak. Ini kemudian mendorongnya untuk membuka kejadian itu ke publik.


Tidak Ada Tuntutan untuk Tertuduh

Ilustrasi
Ilustrasi kekerasan seksual. (dok. pexels/Anete Lusina)

Jaksa di Jinan menyelidiki tuduhannya, tapi mengumumkan pada bulan September bahwa pihaknya tidak akan mengajukan tuntutan terhadap Wang karena perilakunya bukan merupakan kejahatan. Pria lain, yang telah diidentifikasi dalam pernyataan polisi dengan nama belakangnya, Zhang, masih dalam penyelidikan atas perannya dalam peristiwa malam itu.

Keputusan untuk tidak menuntut Wang membawa lebih banyak perhatian pada kasus ini. Ketenarannya didorong keunggulan Alibaba dan, mungkin, kampanye pemerintah menentangnya dan pendirinya, Ma.

Ketika tuduhan Zhou dipublikasikan, Alibaba mengatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki "kebijakan tanpa toleransi terhadap pelanggaran seksual" dan berjanji akan menulis kebijakan eksplisit terhadap pelecehan seksual. Juga, membuat saluran khusus bagi karyawan untuk melaporkan insiden pelanggaran.

Kini, menurut surat pemecatannya, perusahaan juga menghadapi konsekuensi hukum. Itu tidak merinci kasusnya, tapi istri Wang telah mengatakan secara terbuka bahwa ia bermaksud menuntut pemecatan suaminya.

Surat itu menyarankan bahwa perusahaan telah meminta kerja sama Zhou, menawarkan untuk menutupi biaya pengacara dan konsultasi psikologis. Dikatakan bahwa ia tidak menanggapi. Ia juga tidak menanggapi apa yang tampak sebagai upaya untuk menegosiasikan pemutusan hubungan kerja.

Namun, pada akhirnya, perusahaan mengutip tuduhan aslinya sebagai alasan pemecatan, dengan mencatat sebuah artikel dalam kode etik perusahaan: "Menerbitkan atau menyebarkan komentar yang tidak pantas ke dunia luar, atau dengan sengaja mengarang atau menyebarkan fakta fiktif, atau menyebarkan informasi yang belum dikonfirmasi, menyebabkan pengaruh buruk."


Infografis Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual

Infografis Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual
Infografis Bentuk-Bentuk Kekerasan Seksual. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya