Polisi Kesulitan Cari Pelaku Penembakan Saat Rusuh 22 Mei

Hamid mengungkapkan, Gatot juga menyampaikan adanya dugaan pihak ketiga dalam penembakan saat kerusuhan 21-22 Mei 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Jul 2019, 20:03 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2019, 20:03 WIB
Massa Perusuh di Slipi Lempari Polisi dengan Batu
Massa melempar batu ke arah aparat keamanan saat terjadi bentrok di kawasan Slipi, Jakarta Barat, Rabu (22/5/2019). Kerusuhan ini buntut aksi 22 Mei menolak hasil Pilpres 2019 yang diumumkan oleh KPU. (Liputan6.com/Gempur Muhammad Surya)

 

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengaku, telah bertemu dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Gatot Eddy Pramono, membahas kerusuhan 21-22 Mei lalu. Dalam pertemuan itu, Gatot mengaku menemui kendala untuk menuntaskan kasus ini.

"Secara umum kepolisian menjelaskan bahwa (kendala ialah) saksi, baik yang melihat, mendengar atau yang tidak berada di lokasi," kata Hamid di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (9/7/2019).

Hamid mengungkapkan, kendala yang dimaksud adalah belum ditemukannya senjata api yang digunakan oknum anggota Polri ketika kerusuhan itu terjadi. Sebab, ada dua korban yang diduga meninggal karena ditembus peluru tajam, mereka adalah Harun Al Rasyid dan Abdul Aziz yang merupakan korban tewas kerusuhan.

"Kendala uji balistik karena dari anggota kepolisian yang menyerahkan senjata, senjata itu tidak identik (bukan yang digunakan Polri). Beberapa kematian lain (akibat penembakan) yang memang semuanya belum bisa diidentifikasi secara pasti jenis senjata atau peluru," kata Hamid.

Hamid mengungkapkan, Gatot juga menyampaikan adanya dugaan pihak ketiga dalam penembakan itu. Lebih lanjut ia menegaskan, agar polri segera menangkap pelaku tersebut.

"Kami mendesak Polri karena itu tugasnya untuk membongkar perkara. Polri mencari, melakukan penyelidikan dan penyidikan, penggeledahan atau penyitaan dokumen terhadap siapapun terlibat dalam kerusuhan," pungkas Hamid.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Sambangi Bareskrim Polri

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyambangi Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Selasa (9/7/2019).
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid menyambangi Gedung Promoter Polda Metro Jaya, Selasa (9/7/2019). (Merdeka.com/ Ronald)

Sebelumnya, Usman sempat menyambangi Bareskrim Polri untuk membahas nasib dari korban tewas dalam kerusuhan 21-22 Mei 2019. Sementara Polri, menurutnya, baru mengungkap dua korban tewas yakni Harun Rasyid dan Abdul Aziz.

"Kami tentu ingin tahu apakah pihak kepolisian sudah melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap delapan orang yang tewas lainnya," ujar Usman di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Senin 8 Juli 2019.

Amnesty Internasional Indonesia mencatat, total ada 10 orang yang tewas dalam kerusuhan yang berlangsung pada 21 hingga 23 Mei 2019. Korban yang jatuh mencakup di wilayah Jakarta dan Pontianak, Kalimantan Barat.

"Yang kami ikuti, dari 10 orang yang tewas, sembilan orang sudah dapat dipastikan tewas akibat peluru. Tapi pihak kepolisian di dalam penjelasan pekan lalu, itu baru identifikasi dua kasus kematian yaitu terhadap Harun Al Rasyid dan Abdul Aziz. Sementara untuk delapan orang lainnya itu masih ingin kami tanyakan," kata Usman.

Usman berharap upaya Polri dalam mengungkap kasus kerusuhan 21-22 Mei 2019 bisa dilakukan secara menyeluruh.

"Saya berharap seluruh institusi dapat ikut sama-sama mendorong kejelasan bagi semua pihak. Mudah-mudahan tidak ada politisasi di dalam kasus-kasus semacam ini. Itu lah yang dibutuhkan oleh keluarga-keluarga dari mereka yang tewas," ucap Usman menandaskan.

 

Reporter: Ronald

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya