Liputan6.com, Jakarta - Penyidik Bareskrim Polri belum memeriksa tersangka kasus pembobolan Bank Negara Indonesia (BNI), Maria Pauline Lumowa setelah diekstradisi dari Serbia. Padahal kasus pembobolan BNI itu akan kedaluwarsa pada Oktober 2021 mendatang.Â
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Awi Setiyono mengatakan, penyidik Bareskrim masih menunggu kehadiran penasihat hukum dari Kedutaaan Besar Belanda sebelum meminta keterangan lebih dalam terhadap tersangka Maria Lumowa.
Baca Juga
"Yang bersangkutan meminta pendampingan dari penasihat hukum yang rencananya akan disediakan oleh Kedubes Belanda yang sampai dengan saat ini belum ada. Tentunya hal tersebut menjadi hak tersangka," kata Awi di Kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Senin 13 Juli 2020.
Advertisement
Terkait dengan permintaan kehadiran penasehat hukum, Polri sudah mengirimkan surat resmi kepada Kedutaan Belanda. Hingga sekarang, pihaknya masih menunggu jawaban.
Dalam kasus ini, penyidik telah memeriksa sebanyak 12 saksi. Awi menegaskan, bahwa kepolisian berusaha maksimal menangani dan menuntaskan kasus ini sesegera mungkin mengingat kasusnya akan dinyatakan kedaluwarsa pada Oktober 2021.
"Jangka waktu kedaluwarsa akan berakhir pada bulan Oktober 2021. Tentunya jika lebih dapat cepat diselesaikan, lebih baik," katanya sebagaimana dikutip dari Antara.
Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo menegaskan, bahwa jajarannya telah menyelidiki kasus ini, termasuk melacak aset Maria Lumowa dan menelusuri pihak-pihak lainnya yang diduga terlibat dalam perkara yang menimbulkan kerugian negara senilai Rp 1,2 triliun itu.
"Sudah disampaikan oleh Kabareskrim bahwa akan dilakukan penyelidikan terhadap uang Rp 1,2 triliun kredit dari Bank BNI itu," kata Awi.
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Akhir Pelarian Maria Lumowa
Tersangka Maria Pauline Lumowa tiba di Indonesia pada hari Kamis 9 Juli lalu setelah diekstradisi dari Serbia. Setibanya di Indonesia, wanita yang buron selama 17 tahun ini langsung dibawa ke Bareskrim Polri, kemudian ditahan.
Dalam kasus pembobolan kas Bank BNI cabang Kebayoran Baru lewat letter of credit (LC) fiktif, polisi menetapkan 16 orang sebagai tersangka, termasuk Maria Pauline Lumowa dan Adrian Waworuntu.
"Adrian dan 14 orang lainnya telah menjalani hukuman. Adrian melaksanakan hukuman seumur hidup, ada juga yang sudah dibebaskan dan ada yang sudah meninggal dunia," ujar Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo.
Pada periode Oktober 2002 hingga Juli 2003, Bank BNI mengucurkan pinjaman senilai Rp 1,2 triliun kepada PT Gramarindo Group yang dimiliki Maria Pauline Lumowa dan Adrian Waworuntu.
Pada bulan Juni 2003, pihak BNI yang curiga dengan transaksi keuangan PT Gramarindo Group mulai melakukan penyelidikan dan mendapati perusahaan tersebut tidak pernah melakukan ekspor.
Dugaan LC fiktif ini kemudian dilaporkan ke Mabes Polri. Namun, Maria Pauline Lumowa sudah lebih dahulu terbang ke Singapura pada bulan September 2003 atau sebulan sebelum ditetapkan sebagai tersangka oleh tim khusus yang dibentuk Mabes Polri.
Advertisement