Liputan6.com, Cirebon - Massa pendukung almarhum Bori, calon kepala desa Tersana, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, bersikeras untuk tetap mengikutsertakan almarhum dalam pemilihan kepala desa (pilkades) pada 13 Desember 2017 mendatang.
Calon kepala desa nomor urut 3 ini meninggal sehari setelah kampanye terbuka pada Jumat, 8 Desember 2017. Beragam informasi tentang kepergian almarhum yang mendadak ini langsung beredar di masyarakat.
Mulai dari informasi kepergian almarhum karena serangan jantung hingga beredar kabar meninggal karena penyebab lain.
Advertisement
"Isu yang berkembang katanya ada riwayat medis sakit jantung," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Indramayu Dudung Indra Ariska saat dikonfirmasi Liputan6.com, Senin (11/12/2017).
Baca Juga
Permintaan pendukung almarhum Bori tersebut juga menjadi sorotan di tingkat legislatif. Anggota DPRD Kabupaten Indramayu terus membahas permintaan pendukung Bori usai kepergiannya.
Dalam pilkades di Desa Tersana terdapat tiga calon yang telah ditetapkan panitia lokal, yakni calon nomor urut satu, Badullah; nomor urut dua, Kuseri; dan nomor urut tiga atas nama Bori.
Dukungan kuat terhadap Bori lantaran almarhum merupakan petahana kepala desa setempat. Masyarakat berharap agar pasangan nomor urut tiga ini digantikan oleh ahli warisnya.
Namun, hasil audiensi tidak menemukan titik terang. Dudung mengaku tidak meyakini rumor yang beredar tentang kepergian Bori di luar serangan jantung.
"Jangan berandai-andai nantinya fitnah, enggak baik," pinta dia.
Saksikan video pilihan berikut:
Potensi Ricuh hingga Perang Dukun
Dari informasi yang dihimpun, sebanyak 22 desa di Kabupaten Indramayu rawan mengalami gesekan yang berujung pada potensi ricuh dalam pilkades serentak 13 Desember mendatang.
Dudung Indra Ariska mengaku belum mengetahui secara pasti desa mana saja yang berpotensi konflik tersebut. Namun, berdasarkan pengalaman sebelumnya, konflik yang pernah terjadi dalam pilkades di antaranya adanya tuntutan pembatalan hasil suara oleh kubu calon kepala desa yang kalah.
Hal itu tentu mendapat penolakan keras dari kubu calon kepala desa yang menang. "Akhirnya ricuh," kata Dudung.
Tak hanya ricuh secara fisik, peran dukun juga dianggap berpengaruh dalam melancarkan kepentingan seseorang. Seperti yang terjadi pada pilkades di Cirebon, beberapa waktu lalu.
Calon kuwu melakukan berbagai manuver politik mereka untuk mengambil simpati warganya. Termasuk, menggunakan jasa dukun dalam upaya memenangi suara pada pemilihan tersebut.
Suasana berbeda terjadi para pemilihan kuwu atau kepala desa. Dalam pemilihan kuwu tersebut dipenuhi suasana magis.
Advertisement