Jurus Bulog Turunkan Harga Beras di Jateng

Direktur Bulog dan Gubernur Jateng telah menandatangani MoU program Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH) kebutuhan pokok.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Des 2018, 11:04 WIB
Diterbitkan 03 Des 2018, 11:04 WIB
Seorang nenek membayar beras di pasar tradisional Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Seorang nenek membayar beras di pasar tradisional Cilacap, Jawa Tengah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Purwokerto - Harga beras akhir-akhir ini membubung tinggi. Maklum, Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, memasuki musim paceklik panjang.

Pemahaman umum, paceklik terjadi pada musim kemarau. Tetapi ternyata, musim paceklik sesungguhnya terjadi di awal-awal musim penghujan, sekitar November-Desember hingga Januari.

Pada awal penghujan, cadangan gabah dan beras mulai menipis setelah tak ada panen sejak Juli. Petani pun memasuki masa persiapan masa tanam dan perawatan tanaman.

Praktis, pada periode tersebut tak ada kawasan yang panen, terkecuali di area-area tertentu yang tanam padi sepanjang tahun. Namun, jumlahnya tak cukup untuk mengubah harga beras secara signifikan.

Kini masyarakat sudah kesulitan untuk memperoleh beras medium. Pasalnya, beras yang digiling oleh pengusaha akhir-akhir ini cenderung masuk ke kelas premium dengan harga beras yang semakin mencekik.

Jarang tersedia beras yang harganya berada di bawah Rp 9.450, sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras medium. Rata-rata harganya sudah di atas HET, yakni Rp 9.500 per kilogram atau lebih sehingga diasumsikan sebagai beras premium.

"HET beras premium sendiri, Rp 12.800 per kilogram. Tapi kan bisa macam-macam juga, ada yang lebih tinggi dari itu," kata Kepala Bulog Subdivisi Regional IV Banyumas, Sony Supriyadi kepada Liputan6.com.

Badan Urusan Logistik atau Bulog pun mencoba mengintervensi pasar beras dengan menggelontorkan ratusan ton beras medium ke pasar tradisional. Namun, upaya itu tak menuai hasil signifikan. Harga beras tetap tinggi.

Karenanya, Bulog Jawa Tengah bakal menyalurkan beras medium langsung ke pedesaan untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok, yang kini mulai merangkak naik.

 

Jurus Jitu Bulog

Pekerja memanggul beras rastra di Citepus Kecamatan Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah, November 2017. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Pekerja memanggul beras rastra di Citepus Kecamatan Jeruklegi, Cilacap, Jawa Tengah, November 2017. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Direktur Bulog dan Gubernur Jawa Tengah telah menandatangani Master of Understanding (MoU) mengenai program Ketersediaan Pasokan dan Stabilitas Harga (KPSH) kebutuhan pokok masyarakat, terutama ketersediaan dan stabilisasi harga beras.

"Itu tujuannya untuk KPSH. Itu beliau mengundang seluruh kepada desa, kalau tidak salah jumlahnya sekitar 700-an lah," kata Sony.

Pengiriman beras langsung ke pedesaan itu dilakukan untuk mengantisipasi ketersediaan gabah dan beras yang semakin menipis. Pengiriman langsung dari Bulog ke pedesaan bakal memotong rantai distribusi agar harga beras tak melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).

Sony menerangkan, dalam pelaksanaannya, kepala desa bisa mengajukan BUMDES sebagai mitra Bulog untuk menyalurkan bahan pokok.

"Kita kerja sama dengan kades-kades, mereka kan ada BUMDES, dan semacamnya lah ya. Kita nanti akan kerjasama, terutama untuk beras medium," ucapnya.

Selain beras, Bulog juga menyediakan gula pasir yang bisa disalurkan lewat BUMDES. Tak tertutup pula kemungkinan untuk menyalurkan daging atau minyak goreng saat ada program stabilisasi komoditas ini.

Selain BUMDES, untuk memastikan harga pokok tak melampaui HET, Bulog juga akan menyalurkan beras medium lewat Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di seluruh kabupaten wilayah Jawa Tengah.

Untuk memastikan persebaran yang merata, pemilik toko atau warung di pedesaan pun bisa mengajukan sebagai mitra Bulog baru. "Warung bisa, kita dengan mitra RPK," dia menambahkan.

Dalam waktu dekat ini, masing-masing Bulog Subdivre akan langsung melaksanakan pertemuan dengan kades di wilayahnya. Selanjutnya, distribusi beras medium sudah bisa dimulai.

"Saya sudah berkomunikasi dengan ketua paguyuban kepala desa, kita akan melakukan pertemuan secepatnya," dia mengungkapkan.

Dia pun menjamin, ketersediaan beras medium untuk Bulog Banyumas sangat aman. Bulog memiliki cadangan sebanyak 18 ribu ton untuk melaksanakan operasi pasar atau stabilisasi harga. Angka ini diperkirakan lebih dari cukup untuk sampai pada bulan Maret, saat panen raya berlangsung di Banyumas dan daerah lain Jawa Tengah.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya