Pemkot Bandung Akui Bangunan Cagar Budaya RPH jadi Persoalan di Proyek Fly Over Ciroyom

Penggeseran bangunan cagar budaya tersebut dinilai penting dengan alasan kelancaran arus lalu lintas.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 02 Feb 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 02 Feb 2024, 14:00 WIB
Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom
Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom. (Dok. Humas Pemkot Bandung)

Liputan6.com, Bandung - Pemerintah Kota Bandung mengakui masih terdapat kendala terkait pembukaan operasional jalan layang atau fly over Ciroyom yang dibangun di wilayah Kecamatan Andir dan Cicendo, Kota Bandung.

Sekretaris Daerah Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan beberapa kendala itu antara lain berkaitan dengan lalu lintas pengangkutan hewan potong ke Rumah Potong Hewan (RPH) Ciroyom di Jalan Arjuna.

"Ada sedikit persoalan itu adalah untuk pengangkutan hewan potong yang idealnya mereka datang rute di sebelah selatan maka pulangnya harus ke utara, ternyata begitu mau belok ke kiri ini terhalang oleh bangunan cagar budaya," kata Ema lewat keterangan tertulis, dikutip, Kamis, 1 Februari 2024.

Ema menyebut bangunan cagar budaya tersebut awalnya akan digeser, dengan tidak mengubah bentuk aslinya. Ia menilai penggeseran bangunan cagar budaya tersebut penting dengan alasan kelancaran arus lalu lintas.

"Kita tidak mungkin menghilangkan nilai atau apapun berkenaan dengan bangunan cagar budaya toh di Bandung sudah ada Perda Cagar Budaya. Artinya dari perspektif kebijakan kita ini melindungi," ungkapnya.

"Kenapa saya mendorong itu? Saya hanya melihat aspek kepentingan yang luas. Misalnya ada masyarakat yang mau melintas ke sini, dia memiliki mobil yang agak besar pasti terhalang. Ada juga rutinitas pemerintah dalam rangka pelayanan publik, membawa hewan potong," imbuhnya.

Sejauh ini, kendaraan yang membawa hewan potong melakukan contra flow saat akan keluar dari RPH.

"Kalau sekarang ini balik ke sana, itu ada ancaman gangguan lalu lintas walaupun untuk sementara tidak jadi masalah, tapi jangan sampai jadi permanen. Karena ini ada alasan yang logis, untuk bisa digeser dengan tidak mengurangi makna arti atau apapun yang berkenaan dengan gedung cagar budaya," katanya.

Diketahui, jalan layang Ciroyom itu dibangun untuk mendukung operasional kereta cepat Jakarta-Bandung. Direncanakan rel di bawah flyover akan dimanfaatkan juga untuk feeder atau angkutan pengumpan kereta cepat.

Ema menginstruksikan kepada Camat Cicendo dan Andir agar tidak boleh ada aktivitas lain seperti PKL di bawah jembatan layang tersebut.

Menurutnya, itu akan mengurangi estika dan ketertiban. Ia mendorong nantinya ruang di bawah jembatan layang dijadikan ruang terbuka publik bagi masyarakat.

"Kalau untuk ruang publik bersantai atau berteduh tidak menjadi masalah tapi kalau untuk beraktivitas ekonomi, saya larang karena ini bukan tempatnya," ungkapnya.

"Dari aspek estetika juga harus kita perhatikan. Saya minta pak camat untuk segera mentertibkan," imbuh Ema.

Sebelumnya, Pemkot Bandung menyampaikan bahwa pembangunan fly over Ciroyom dan jembatan penyeberangan orang (JPO) Ciroyom di Kecamatan Andir dan Cicendo ditargetkan akan selesai akhir tahun 2023.

Ema Sumarna mengklaim, secara umum kondisi masyarakat sekitar sudah kondusif.

"Walaupun untuk kondisi kekinian, kita harus agak hati-hati dalam perhitungan waktu. Kalau ini kurang ada kepastian, akan mendegradasi kepercayaan masyarakat. Kalaupun ada keterlambatan, harus segera dikomunikasikan," kata Ema, Selasa, 27 Juni 2023 lalu.

Menurut Ema, pembangunan jembatan penyebrangan orang (JPO) baiknya diutamakan selesai lebih dahulu untuk mempermudah masyarakat melintas tanpa harus berputar jauh.

"Di saat benteng rel dan fly over dibangun harus beriringan dengan pembangunan JPO. Bahkan, kalau bisa JPO itu diutamakan selesai duluan. Jangan sampai masyarakat jadi berkali-kali terhambat aktivitasnya," usulnya.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya