Liputan6.com, Washington Para investor akhirnya berhasil mendorong pasar modal global mencetak penguatan tertinggi setelah krisis pada perdagangan Rabu (2/4/2014) waktu setempat.
Kondisi tersebut bahkan terjadi di tengah pernyataan Dana Moneter Internasional (IMF) bahwa dunia kini tengah berisiko menghadapi perlambatan ekonomi selama bertahun-tahun.
Seperti dikutip dari Financial Times, Kamis (3/4/2014), kondisi tersebut menyoroti perbedaan yang signifikan antara para pelaku investasi dan pembuat kebijakan ekonomi global.
Saham Amerika Serikat (AS) terus meningkat hingga mencetak rekor tertinggi pascakrisis setelah sejumlah laporan tenaga kerja AS menunjukkan pemulihan. Pasar tenaga kerja AS berhasil membaik setelah mengalami hantaman keras saat musim dingin parah melanda beberapa waktu lalu.
Indeks S&P ditutup di tutup di level tertinggi 1,890,9, sementara indeks FTSE All World berhasil naik 0,25% ke level tertinggi sejak akhir 2007. Sejumlah pasar saham di negara maju memang tercatat mengalami penguatan signifikan sejak krisis finansial pada 2008.
Pasar saham AS tercatat menguat 180% dari level terendahnya pada krisis finansial lima tahun lalu. Kondisi ini sangat kontras dengan negara-negara berkembang di mana para investor masih bertanya-tanya mengenai prospek keuntungannya dalam 12 bulan mendatang.
Meski demikian, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde mengatakan beberapa hambatan ekonomi akan menghalangi pemulihan ekonomi AS termasuk pengurangan lowongan pekerjaan. Selain itu, ketegangan geopolitik di Ukraina juga dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Dia menjelaskan, prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat sangat bergantung pada jumlah investasi dan reformasi struktural di pasar tenaga kerja dan barang.
Lagarde memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 22% selama lima tahun ke depan. Akan tetapi dia menekankan, pemulihan ekonomi tak berjalan mulus dan penuh keraguan.
"Pertumbuhan ekonomi global masih terlalu lambat dan lemah. Jika negara-negara di dunia tidak bekerja sama menerapkan sejumlah kebijakan ekonomi yang tepat, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan akan sulit dicapai. Pertumbuhan itu dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah pekerjaan dan standar hidup di masa depan," paparnya.