Bursa Saham Asia Menguat Terkena Sentimen Positif Wall Street

Indeks saham MSCI Asia Pacific di luar Jepang naik 0,3 persen pada perdagangan saham Kamis pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Okt 2015, 08:29 WIB
Diterbitkan 08 Okt 2015, 08:29 WIB
20150710-Pasar Saham Nikkei-Jepang2
Sejumlah orang tercermin dalam papan yang menampilkan indeks saham di Tokyo, Jepang, Jumat, (10/7/ 2015). Harga saham Nikkei mengalami perubahan mengikuti gejolak pasar Tiongkok. (REUTERS/Thomas Peter)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia menguat tipis pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan bursa saham Asia ini mengikuti Wall Street. Pelaku pasar bersiap untuk menghadapi kembalinya perdagangan di bursa saham China setelah libur seminggu.

Indeks saham MSCI Asia Pacific di luar Jepang menguat 0,3 persen. Penguatan indeks saham acuan regional itu didukung dari indeks saham Korea Selatan Kospi menanjak 0,5 persen. Diikuti indeks saham Australia naik 0,9 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei melawan tren dan melemah 0,2 persen yang didukung penguatan yen.

Bursa saham Asia menguat terkena sentimen positif dari Wall Street. Indeks saham S&P 500 bahkan mencatatkan lonjakan tertinggi dalam tiga minggu didukung perusahaan bioteknologi.

Sementara itu, pasar menanti reaksi di bursa saham China setelah libur seminggu sejak akhir September 2015. Bursa saham China sempat bergejolak seiring kekhawatiran perlambatan ekonomi.

"Boleh dibilang pelaku pasar mengantisipasi dua perkembangan paling penting sejak bursa saham China libur yaitu data tenaga kerja Amerika Serikat melemah dan mengesampingkan data output dari Inggris," ujar Marc Chandler, Kepala Riset Brown Brothers Harriman, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (8/10/2015).

Ia menambahkan, meski banyak pelaku pasar telah bergeser harapannya terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS atau The Federal Reserve hingga Maret 2016, banyak pejabat The Fed masih memberikan sinyal kalau kenaikan suku bunga terjadi sebelum akhir tahun ini.

Sebelumnya The Fed telah memilih mempertahankan suku bunga pada September dengan mempertimbangkan perlambatan ekonomi China.

Di pasar keuangan, dolar AS cenderung merosot terhadap sejumlah mata uang utama. Dolar AS melemah setelah data tenaga kerja AS cenderung melambat sehingga mengurangi prospek kenaikan suku bunga The Fed dalam jangka pendek. Dolar AS pun menurun 0,1 persen menjadi 119,97 terhadap yen. (Ahm/Igw)

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya