Liputan6.com, Tokyo - Bursa Asia melemah dibayangi kekhawatiran tentang langkah penyelidikan (AS) terhadap Organisasi milik Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Investor juga sedang diliputi kekhawatiran bahwa tarif impor yang diberlakukan dapat melukai ekonomi global dan memicu perang dagang.
Baca Juga
Melansir laman Reuters, Jumat (16/3/2018), indeks MSCI saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,2 persen pada awal perdagangan. Sementara indeks Nikkei Jepang turun 0,3 persen.
Advertisement
Sebelumnya, Wall Street ditutup bervariasi dengan indeks S&P 500 berakhir sedikit lebih rendah 0,08 persen. Ini menandai penurunan empat hari beruntun pertama di tahun 2018.
Indeks S&P jatuh setelah rilisnya laporan New York Times jika Penasihat Khusus Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) Robert Mueller telah mengeluarkan surat perintah untuk meminta dokumen yang berkaitan dengan bisnis Presiden Donald Trump di AS.
Hal itu menambah ketidakpastian politik AS, menyusul kepergian dua pejabat yakni mantan Sekretaris Negara Rex Tillerson dan penasihat ekonomi utama Gary Cohn, dari Pemerintahan Trump.
Di sisi lain, pada awal pekan ini Trump berusaha menerapkan tarif impor emas China senilai USD 60 miliar yang memperkuat kekhawatiran investor bahwa pemerintah semakin condong ke arah proteksionisme.
"Tampaknya bagi Trump, hanya kebijakan 'America First' yang tersisa untuk meningkatkan popularitasnya dan untuk terpilih kembali," kata Hiroko Iwaki, Ali Strategi Senior di Mizuho Securities.
"Sulit untuk mengharapkan ketidakpastian politik akan segera hilang. Itu akan mendukung obligasi," dia menambahkan.
Ketidakpastian politik tidak hanya terjadi di Amerika Serikat. Di Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe mendapat tekanan atas kecurigaan adanya penutupan penjualan tanah yang kontroversial oleh pemerintah.
Â
Â
Mata Uang dan Harga Minyak
Di pasar mata uang, meningkatnya risk aversion mendorong dolar melemah terhadap yen ke posisi 106,22, atau 0,1 persen di awal perdagangan di pasar Asia. Euro sedikit berubah ke posisi USD 1,2303, setelah tergelincir 0,5 persen pada hari sebelumnya.
Sementara harga minyak mentah dunia beringsut naik setelah Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi permintaan minyak global akan meningkat tahun ini, meski lembaga ini juga memperingatkan tentang kondisi pertumbuhan pasokan yang lebih cepat.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 23 sen atau 0,4 persen menjadi USD 61,19 per barel. Sementara minyak mentah berjangka Brent naik 23 sen menjadi USD 65,12 per barel.
Meningkatnya permintaan minyak global, seiring dengan kendala pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, telah membantu menjaga harga minyak mencapai posisi di atas USD 60 per barel.
Advertisement