Bursa Asia Jatuh, Investor Terus Pantau Saham Teknologi

Saham perusahaan teknologi di kawasan ini masih jadi perhatian, di tengah tekanan baru yang terlihat di Wall Street.

oleh Athika Rahma diperbarui 18 Sep 2020, 08:30 WIB
Diterbitkan 18 Sep 2020, 08:30 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta Bursa Asia-Pasifik diperdagangkan lebih rendah pada pembukaan hari ini. Saham teknologi masih menjadi perhatian, seperti kondisi serupa di Wall Street.

Pada pembukaan perdagangan, Jumat (18/9/2020), bursa Jepang tercatat melemah. Kontrak berjangka Nikkei di Chicago berada di 23.305 sementara mitranya di Osaka pada posisi 23.220. Itu lebih rendah dibandingkan dengan penutupan terakhir Nikkei 225 sebelumnya di 23.319,37.

Bursa saham Australia juga merosot. Kontrak berjangka SPI berada di 5.880.0, dibandingkan dengan penutupan terakhir S & P / ASX 200 di 5.883,20.

Saham perusahaan teknologi di kawasan ini masih jadi perhatian, di tengah tekanan baru yang terlihat di Wall Street.

Semalam di Amerika Serikat, Nasdaq Composite turun 1,3 persen ditutup pada posisi 10.910,28. Tolok ukur saham teknologi ini sempat turun kembali ke wilayah koreksi, sebesar 10 persen dari level tertinggi sepanjang masa.

Dow Jones Industrial Average menghentikan kenaikan beruntun empat hari karena tergelincir 130,40 poin, atau 0,5 persen menjadi 27.901,98.  Sementara S&P 500 turun 0,8 persen, atau 28,48 poin, menjadi 3.357,01.

Perkembangan pandemi virus Covid-19 dinilai dapat membebani sentimen investor. Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa memperingatkan tentang "situasi yang sangat serius" yang sedang berlangsung di Eropa.

“Kasus mingguan sekarang telah melebihi yang dilaporkan ketika pandemi pertama kali memuncak di Eropa pada Maret,” kata Hans Klug dari WHO dalam konferensi pers tentang situasi di wilayah tersebut.

Di pasar mata uang, Indeks dolar AS, yang melacak greenback terhadap sekeranjang rekan-rekannya, berada pada posisi 92,970 setelah jatuh dari level di atas 93,3 sebelumnya.

Yen Jepang diperdagangkan pada 104,73 per dolar, setelah menguat dari level di atas 105,5 melawan greenback yang terlihat awal pekan ini.

Dolar Australia berada di USD 0,7317, dalam minggu perdagangan yang telah melihatnya berayun di antara level di bawah USD 0,729 dan di atas USD 0,732.

Tonton Video Ini

Bursa AS Mendatar Usai Aksi Jual Saham Teknologi

Wall Street Tertekan Kena Imbas Krisis Yunani
Reaksi pasar negatif terhadap penyelesaian utang Yunani membuat indeks saham Dow Jones merosot 348,66 poin ke level 17.598.

Bursa Amerika Serikat (AS) atau Wall Street stabil usai terjadi aksi jual yang dipimpin saham perusahaan teknologi utama. Indeks Dow Jones Industrial Average merosot sekitar 30 poin. S&P 500 futures dan Nasdaq 100 mendatar.

Selama sesi perdagangan Kamis, S&P 500 turun 0,8 persen dan menjadi penurunan terbesar dalam seminggu. Adapun Dow merosot 130 poin, menghentikan kemenangan beruntun 4 harinya.

Nasdaq Composite turun 1,3 persen dan sempat merosot kembali ke wilayah koreksi, turun 10 persen dari rekor tertingginya.

"Teknologi menyebabkan banyak kerusakan karena kelompok itu memperpanjang aksi jual yang dimulai pada 3 September," kata pendiri Vital Knowledge Adam Crisafulli dalam sebuah catatan, seperti melansir laman CNBC, Jumat (18/9/2020).

Tercatat, saham beberapa perusahaan teknologi terbesar telah menderita kerugian dua digit sepanjang bulan ini karena investor meninggalkannya. Sebut saja Amazon, Microsoft, Facebook, dan Apple semuanya telah kehilangan setidaknya 10 persen di bulan ini.

Investor juga gelisah menanti prospek stimulus virus korona lebih lanjut serta keluarnnya vaksin Covid-19 yang layak.

Partai Republik dan Demokrat masih berjuang untuk menyetujui berapa banyak bantuan yang akan terus diberikan sebagai tindak lanjut dari paket USD 2 triliun sebelumnya.

Presiden Donald Trump menginginkan "jumlah yang lebih besar," dan mendesak anggota parlemen GOP untuk menggunakan stimulus virus korona yang lebih besar. Namun komentarnya membuat Partai Republik skeptis.

Sementara itu, keberadaan vaksin Covid-19 yang sangat penting bagi pemulihan ekonomi tampaknya masih belum jelas. Pejabat kesehatan mengatakan vaksinasi akan dibatasi tahun ini dan tidak didistribusikan secara luas selama 6 hingga 9 bulan.

“Proses vaksinasi yang aman dan transparan sangat penting untuk mendorong inokulasi yang meluas setelah vaksin yang efektif diidentifikasi dan diuji,” jelas Mark Haefele, Kepala Investasi UBS Global Wealth Management.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya