Hippocamp, Bulan Baru yang Mengitari Planet Neptunus

Hippocamp sendiri merupakan salah satu dari tujuh Bulan terdekat Neptunus, yang ditemukan 30 tahun lalu oleh Voyager 2.

oleh Jeko I. R. diperbarui 24 Feb 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2019, 08:00 WIB
Astronom Menemukan 'Pusaran Hitam' Baru di Neptunus
Pusaran hitam Neptunus tersebut merupakan sistem bertekanan tinggi yang biasanya didampingi oleh awan terang dan terlihat dari luar planet (NASA/Dailymail.com).

Liputan6.com, Jakarta - Astronom baru saja mendeteksi Bulan baru yang mengitari Neptunus. Bulan tersebut berjarak 21 mil dari planet.

Dikutip Mirror pada Minggu (24/2/2019), Bulan ini dinamai Hippocamp, yang namanya diambil dari makhluk laut di mitologi Yunani.

Kehadiran Hippocamp sebagai Bulan Neptunus menambah jumlah satelit planet gas tersebut menjadi 14.

Astronom meyakini, Bulan ini terbentuk sekitar 4 miliar tahun lalu saat ledakan kosmik terjadi dengan Bulan Neptunus lain bernama Proteus.

Hippocamp sendiri merupakan salah satu dari tujuh Bulan terdekat Neptunus, yang ditemukan 30 tahun lalu oleh Voyager 2.

Mark Showalter, astronom dari SETI (Search for Extra-Terrestrial Intelligence), mengungkapkan kalau ukuran Hippocamp ternyata lebih kecil dari enam bulan terdekat Neptunus lainnya.

"Orbitnya dekat dengan Proteus, Bulan terluar dari bulan-bulan lainnya. Proteus sendiri sudah bermigrasi ke orbit luar karena benturan interaksi dengan Neptunus," ujarnya.

"Menurut pengamatan kami, Hippocamp bisa jadi merupakan bekas pecahan dari Proteus saat ia menabrak komet," tambah Showlater.

Cantiknya Atmosfer Uranus dan Neptunus yang Mirip Bola Kelereng

Setelah Pluto, NASA Luncurkan Misi Ekspedisi Uranus dan Neptunus
NASA dikabarkan tengah mendesai pesawat antariksa yang nantinya akan diluncurkan untuk menjalankan misi ekspedisi planet Uranus dan Neptunus

NASA baru saja mengunggah foto terbaru planet Uranus dan Neptunus. Foto ini memperlihatkan atmosfer dari masing-masing planet

Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut mengungkap, foto terbaru itu diabadikan dari kamera teleskop Hubble.

Dilansir Geek, Rabu (20/2/2019), atmosfer dari Uranus dan Neptunus tampak lebih detail dan dinamis.

Atmosfer Neptunus, misalnya, memperlihatkan peristiwa badai gelap. Sementara, atmosfer di wilayah kutub utara Uranus memperlihatkan badai yang berputar-putar berwarna keputihan.

Dari foto tersebut, ilmuwan ingin mempelajari bagaimana karakteristik perubahan atmosfer ini bisa mempengaruhi cuaca planet.

Sama halnya dengan Bumi, Neptunus dan Uranus memiliki musim dengan perubahan kondisi atmosfir yang drastis.

Namun bedanya, kedua planet ini memiliki durasi musim yang panjang hingga beberapa dekade.

Secara lingkungan, Uranus dan Neptunus memiliki hidrogen dan helium yang di dikelilingi interior yang mengandung air dan es.

Atmosfer yang mengandung metana ini, memendarkan cahaya biru kehijau-hijauan sehingga jika dilihat dari jauh justru tampak berwarna biru.

 

Eksplorasi Dimulai 12 Tahun Lagi

Perbandingan Bumi dan Planet Neptunus
Perbandingan Bumi dan Planet Neptunus (Wikipedia)

Setelah Mars, Jupiter, Saturnus, dan Pluto, NASA mulai fokus untuk menyiapkan proyek besar di mana mereka akan mengeksplorasi Uranus dan Neptunus.

Proyek yang sebetulnya sudah direncanakan sejak September 2015 itu baru bisa direalisasikan sekarang.

Bagaimana pun, NASA masih harus menggagas sejumlah inovasi teknologi mumpuni, agar pesawat luar angkasanya bisa terbang ke orbit planet berjuluk ‘Planet Kekasih’ tersebut.

Jadi, jika dihitung-hitung, ekspedisi Uranus dan Neptunus baru bisa dimulai pada 2030. Itu juga baru Uranus.

Sementara untuk Neptunus, kemungkinan besar dimulai pada pertengahan 2030 atau setelah 2040.

Menurut informasi yang Tekno Liputan6.com kutip via laman BGR, Senin (3/9/2018), tujuan utama ekspedisi dilakukan tak lain adalah untuk memantau ekosistem kedua planet.

Tak cuma itu, Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut juga ingin mencari tahu material planet terbuat dari apa, serta komposisi atmosfer yang melapisi planet.

Para ilmuwan NASA juga berharap, ekspedisi bisa meneliti iklim planet secara keseluruhan. Jika proses penelitian rampung, barulah mereka dapat menyimpulkan seperti apa bobot kontribusi kedua planet ini terhadap Tata Surya.

Secara mekanisme, NASA nantinya akan mengirim probe (pesawat kecil) untuk terjun ke dalam atmosfer planet dan mengambil sampel gas yang terkandung di dalamnya.

Sama halnya dengan ekspedisi planet lain, probe akan mengirimkan data dari sampel yang diambil ke Bumi untuk diteliti secara mendalam.

(Jek/Ysl)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya