Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kini tengah berusaha meningkatkan pertahanannya terhadap potensi gejolak pasar keuangan. Tapi tampaknya, pemerintah Indonesia telah kehilangan salah satu kemungkinan bantuan setelah bank sentral Amerika Serikat/The Fed menolak permintaan currency swap atau transaksi swap yang diajukannya.
Mengutip dari laman Bloomberg, Senin (13/7/2015), salah seorang pejabat yang mengetahui hal tersebut mengatakan, The Fed membatasi currency swap dan hanya mengabulkannya pada negara-negara maju serta negara berkembang paling besar seperti Meksiko dan Brasil.
Baca Juga
Selain itu, Indonesia juga telah meminta bantuan China untuk membeli obligasi pemerintah Indonesia. Langkah internal pun diambil dengan memungkinkan regulator keuangan membeli obligasi baik lokal dan mata uang asing.
Advertisement
Juru bicara The Federal Reserve David Skidmore enggan berkomentar ketika ditanya apakah The Fed menolak permintaan Indonesia untuk swap.
Sebelumnya Bank Indonesia (BI) menandatangani kesepakatan currency swap dengan Korea Selatan pada Maret 2014 sekitar US$ 10 miliar. Pada 2013, BI juga telah meningkatkan currency swap dengan Jepang sebesar US$ 22,76 miliar. Dengan swap, bank sentral dapat bertukar mata uang asing dengan kesepakatan membalikkan transaksi kemudian hari.
Transaksi swap adalah suatu transaksi atau kontrak untuk membeli atau menjual valuta asing lawan valuta lainnya pada tanggal tertentu sekaligus dengan perjanjian untuk menjual atau membeli kembali pada tanggal valuta berbeda di masa yang akan datang dengan harga yang ditentukan pada tanggal kontrak. Transaksi swap dapat dilakukan satu minggu hingga satu tahun.
Tujuan transaksi swap ini untuk memenuhi kebutuhan akan mata uang lokal sekaligus pembayaran utang dalam mata uang asing bagi yang menerima pinjaman dalam mata yang asing dengan melakukan transaksi swap beli atau jual.
Indonesia kian giat melindungi ekonominya terhadap risiko pelarian modal apalagi sebagai negara berkembang yang akan kena imbas dari gejolak pasar keuangan. Hal itu lantaran ada risiko Yunani keluar dari zona Euro dan volatilitas bursa saham China.
Sisi lain nilai tukar rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah melemah 7 persen terhadap dolar AS sepanjang 2015. Penurunan ini cukup besar di antara mata uang Asia setelah Ringgit Malaysia. (Sis/Ahm)