Prabowo Sebut Cadangan BBM 20 Hari, Ini Respons Kementerian ESDM

Pemerintah berupaya meningkatkan ketahanan energi nasional.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Jan 2019, 19:10 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 19:10 WIB
RU IV Cilacap, Kilang BBM Terbesar di Indonesia Milik Pertamina
Suasana kilang minyak Pertamina Refenery Unit IV Cilacap, Rabu (7/2). Produk utama yang dihasilkan kilang Cilacap berupa produk BBM atau gasoline, naphtha, kerosine, avutur, solar LSWR, minyak bakar, LPG, pelumas dasar. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian ESDM angkat bicara mengenai sindiran calon presiden nomor urut 2 Prabowo, terkait cadangan bahan bakar nasional yang hanya 20 hari.

Lalu apakah besaran cadangan tersebut cukup ‎memenuhi kebutuhan nasional?

Direktur ‎Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) , Djoko Siswanto mengatakan, pasokan Bahan bakar masih cukup meski hanya memiliki cadangan 20 hari. Hal ini terbukti saat libur panjang sehingga konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) meningkat.

"Natal, Tahun Baru kemarin 20 hari? aman enggak? Aman? Yah sudah," kata Djoko, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (16/1/2019).

Djoko mengungkapkan, cadangan BBM Indonesia saat ini masih lebih sedikit dibanding negara lain. Hal ini disebabkan anggaran yang terbatas untuk meningkatkan cadangan dengan membangun tangki penyimpanan.

"Karena kita itu perlu infrastruktur, perlu anggaran. Nah sudah begitu saja,"‎ tuturnya.

Djoko menuturkan, saat ini pemerintah berupaya meningkatkan ketahanan energi nasional. Dengan mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) melalui program pencampuran 20 persen biodiesel dengan solar (B20), mendorong penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG), membangun dan meremajakan kilang, serta mendorong penggunaan kendaraan listrik.

"Sekarang kita punya program kendaraan menggunakan yang lebih ramah. Itu kita mau studi dulu. Nanti kalau kita bangun kilang besar-besar," ujar dia.

PLTU Masih Jadi Andalan, Jonan Pastikan RI Tetap Kembangkan Energi Baru

PLTU Paiton yang dikelola oleh PT Pembangkitan Jawa-Bali. (Foto: Humas PT Pembangkitan Jawa Bali)
PLTU Paiton yang dikelola oleh PT Pembangkitan Jawa-Bali. (Foto: Humas PT Pembangkitan Jawa Bali)

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih menjadi tulang punggung sumber pasokan listrik Indonesia selama 10 tahun ke depan.

Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan, PLTU masih memegang peran utama memasok kelistrikan di Indonesia. Hal ini terlihat dalam bauran energi nasional dengan menetapkan porsi PLTU sebesar 50 persen sampai 55 persen.

"Kalau menurut saya 10 tahun ke depan PLTU kalau dari bauran energi PLTU itu sekitar 55 persen paling minim 50 persen pasti masih menjadi andalan," kata dia di Jakarta, Rabu 9 Januari 2019.

Dia melanjutkan, negara lain pun‎ masih mengandalkan PLTU sebagai tulang punggung sumber pasokan listrik. Sebut saja negara di Eropa dan Amerika Serikat.

"Di negara Eropa misalnya Polandia juga penggunaan batu bara masih sekitar 60 persen, AS mungkin sudah sedikit di bawah 40 persen tapi masih ada kok," tutur dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya