Barang Asal China Masih Rajai Pasar Indonesia

BPS mencatat impor Indonesia pada April 2019 sebesar USD 15,10 miliar atau naik 12,25 persen jika dibandingkan dengan Maret 2019.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Mei 2019, 14:02 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2019, 14:02 WIB
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor Indonesia pada April 2019 sebesar USD 15,10 miliar atau naik 12,25 persen jika dibandingkan dengan Maret 2019.

Dengan demikian, secara kumulatif impor Indonesia dari Januari hingga April tercatat sebesar USD 55 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, tiga negara besar pemasok barang impor sepanjang Januari hingga April adalah China, Jepang dan Thailand. Dari tiga negara tersebut China menempati urutan pertama dengan nilai barang impor mencapai USD 14,37 miliar. 

"Tiga negara pengimpor terbesar adalah Tiongkok (China), Jepang dan Thailand," ujar Suhariyanto saat memberi keterangan pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Rabu (15/5/2019).

Suhariyanto mengatakan, Indonesia sejauh ini juga masih mengalami defisit perdagangan cukup besar terhadap China. Hingga April 2019, defisit perdagangan Indonesia terhadap negara tirai bambu tersebut sebesar USD 7,1 miliar. 

"Khusus April defisit dengan Tiongkok itu sebesar USD 1,9 miliar," ujar Suhariyanto. 

Defisit perdagangan dengan China utamanya dipicu oleh impor non migas. Menurut data BPS, sepanjang April 2019 China mengimpor barang non migas sebesar USD 0,73 miliar terbesar di antara 13 negara pemasok barang non migas ke Indonesia. 

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Neraca Dagang April Defisit USD 2,5 Miliar

Neraca Ekspor Perdagangan di April Melemah
Aktifitas kapal ekspor inpor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (26/5). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus 1,24 miliar . (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 sebesar USD 2,50 miliar. Defisit dipicu defisit sektor migas dan non migas masing masing sebesar USD 1,49 miliar dan USD 1,01 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit pada April tersebut merupakan terbesar sejak Juli 2013. Defisit yang hampir sama pernah terjadi pada Juli 2013 sebesar USD 2,33 miliar.

"Menurut data kami, yang sekarang ada, itu terbesar di Juli 2013 sekitar USD 2,33 miliar. Lalu April ini, sebesar USD 2,50 miliar," ujar Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu 15 Mei 2019.

Adapun pada April ekspor Indonesia naik sebesar 10,8 persen menjadi USD 12,6 miliar sedangkan impor naik lebih tajam sekitar 12,25 persen menjadi USD 15,1 miliar jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Penyebab defisit neraca perdagangan tersebut utamanya, disebabkan oleh defisit migas sebesar 2,76 miliar. Sedangkan non migas mengalami surplus sebesar USD 0,2 miliar.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya