Morgan Stanley Ramal Ekonomi Global Membaik di 2020

Ekonomi dunia akan membaik jika perang dagang berakhir damai.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 18 Nov 2019, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Nov 2019, 15:00 WIB
Donald Trump Tinjau Tembok Prototipe di San Diego
Presiden AS, Donald Trump meninjau prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko yang kontroversial di San Diego.(MANDEL NGAN / AFP)

Liputan6.com, Washington D.C. - Lembaga Keuangan Morgan Stanley menyebut pertumbuhan ekonomi akan membaik mulai tahun 2020. Ini semua berkat meredanya ketegangan perang dagang serta pelonggaran moneter.

"Melonggarkan tensi dagang (faktor kunci di pelemahan ekonomi global) akan mengurangi ketidakpastian global dan membuat stimulus kebijakan lebih efektif," tulis analis Morgan Stanley seperti dikutip CNBC.

Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pun tetap menjadi kunci. Pemulihan bisa terjadi jika keputusan menambah tarif pada 15 Desember mendatang dibatalkan.

Bila demikian, maka ekonomi global di tahun depan akan tumbuh 3,2 persen, atau naik dari tahun 2019 yang hanya 3 persen saja.

Jika sanksi berlanjut, maka ekonomi global akan melambat jadi 2 persen di kuartal IV 2019. Pemulihan ekonomi global pun baru terjadi pada kuartal III 2020.

Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow berkata pihak China dan Amerika Serikat sedang mendekati kesempatakan. Media negara China pun menegaskan ada diskusi konstruktif terkait perang dagang.

Namun, masih ada kebuntuan dalam perdamaian perang dagang. Presiden Donald Trump belum eksplisit menyebut akan membatalkan tarifnya, sementara China masih enggan mengabulkan permintaan Trump untuk membeli produk agrikultur AS.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Rupiah Menguat Seiring Sinyal Positif dari AS

Berawal dari Rp 10.000, Kamu Bisa Hasilkan Jutaan Rupiah
Menyisihkan uang Rp 10.000 per hari untuk "menabung" di reksa dana berpotensi menghasilkan jutaan rupiah.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ii.

Mengutip Bloomberg, Senin (18/11/2019), rupiah dibuka di angka 14.070 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.077 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.070 per dolar AS hingga 14.076 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih menguat 2,22 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.075 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.069 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi menguat seiring harapan meredanya perang dagang.

"Investor kembali dalam mood positif setelah pejabat Gedung Putih memberi sinyal membaiknya pembicaraan dagang AS-China," kata Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih dikutip dari Antara.

Dari domestik, neraca perdagangan Oktober 2019 tercatat surplus 161,3 juta dolar AS dengan nilai ekspor sebesar 14,9 miliar dolar AS dan nilai impor sebesar USD 14,8 miliar.

Permintaan Dalam Negeri Membaik

Rupiah Masih Tertahan di Zona Merah
Teller menunjukkan mata uang dolar AS di Jakarta, Selasa (15/10/219). Hari ini rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Secara bulanan, ekspor naik 5,9 persen dan impor naik 3,57 persen. Kenaikan ekspor karena naiknya volume permintaan tetapi harga ekspor turun, sedangkan kenaikan impor karena naiknya volume dan harga.

"Pertumbuhan impor membaik dalam dua bulan terakhir ini menjadi indikasi membaiknya permintaan dalam negeri, walaupun PMI sektor manufaktur masih turun ke 47,4 pada Oktober," ujar Lana.

Impor bahan baku dan konsumsi sendiri naik sebagai persiapan Natal dan Tahun Baru 2020.

Lana memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran 14.030 per dolar AS hingga 14.070 per dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya