BKPM: Investasi, Pintu Masuk Dongkrak Konsumsi yang Masif

Pada 2020, realisasi investasi mencapai Rp 826,3 triliun, lebih tinggi dari target sebesar Rp 817,2 triliun.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 26 Jan 2021, 15:47 WIB
Diterbitkan 26 Jan 2021, 15:47 WIB
Panel V Rakornas Indonesia Maju
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyampaikan paparan saat diskusi panel V Rakornas Indonesia Maju antara Pemerintah Pusat dan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Bogor, Rabu (13/11/2019). Panel V itu membahas penyederhanaan regulasi dan reformasi birokrasi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 2021, digadang-gadang menjadi periode pemulihan bagi ekonomi Indonesia. Setelah mendapatkan tekanan hebat akibat pandemi COVID-19 sepanjang 2020.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kontribusi pertumbuhan ekonomi mayoritas dikontribusi oleh konsumsi sebesar 57 persen-60 persen, sementara investasi hanya 30 persen.

Namun begitu, Bahlil menilai investasi merupakan pintu utama dari tumbuhnya konsumsi yang menopang pendapatan negara itu. Ia menuturkan, konsumsi akan tumbuh jika ada daya beli dari masyarakat. Daya beli ini akan muncul jika ada kepastian pendapatan.

Kepastian pendapatan ini, lanjut Bahlil, bisa terjadi apabila ada lapangan pekerjaan. Sementara lapangan pekerjaan ini tidak bisa hanya mengandalkan PNS dan pegawai/pejabat BUMN saja. Melainkan swasta harus turut membuka lapangan pekerjaan lewat investasi.

"Jadi kalau secara subyektif, investasi atau konsumsi dulu, saya mengatakan bahwa investasi adalah sumber pintu masuk untuk menaikkan konsumsi yang masif,” kata Bahlil dalam Webinar Akselerasi Pemulihan Ekonomi, Selasa (26/1/2021).

Adapun pada 2020, realisasi investasi mencapai Rp 826,3 triliun, lebih tinggi dari target sebesar Rp 817,2 triliun. Rinciannya, PMDN mendominasi 50,1 persen mencapai Rp 413,5 triliun, sisanya merupakan PMA sekitar Rp 412,8 triliun.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

Singapura Rajai Investasi Asing di Indonesia pada 2020

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi, Senin (23/3/2020). (Athika/Liputan6.com)
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi, Senin (23/3/2020). (Athika/Liputan6.com)

Sebelumnya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat Singapura masih berada di posisi teratas dari negara-negara yang paling banyak menanamkan investasi di Indonesia sepanjang 2020 karena merupakan hub investasi.

"Dari investasi kita, di 2020, Singapura menduduki nomor pertama dengan 9,8 miliar dolar AS," kata Kepala BKPM Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers virtual dikutip dari Antara, Senin, 25 Januari 2021.

Di bawah Singapura, ada China dengan realisasi investasi sebesar 4,8 miliar dolar AS, diikuti Hong Kong dengan 3,5 miliar dolar AS, Jepang 2,6 miliar dolar AS, dan Korea Selatan dengan 1,8 miliar dolar AS.

Bahlil Lahadalia juga menyoroti posisi Jepang dan Korea Selatan yang posisinya berkejaran satu sama lain sebagai investor di Indonesia. Pasalnya, di sepanjang triwulan IV 2020, posisi kedua negara itu berbalik.

Di periode Oktober-Desember 2020, lima negara asal investasi Indonesia sesuai urutan yakni Singapura dengan realisasi investasi 2,6 miliar dolar AS, China 1,3 miliar dolar AS, Hong Kong 1 miliar dolar AS, Korea Selatan 699,5 juta dolar AS, dan Jepang dengan 453,7 juta dolar AS.

"Kalau tadi di kuartal keempat Korea Selatan di atas Jepang, tetapi secara akumulatif itu Jepang melambung (di atas) Korea Selatan. Tetapi bedanya sedikit, bedanya 800 juta dolar AS," katanya.

Bahlil menilai persaingan kedua negara akan semakin ketat di 2021 ini. Namun ia tidak mengungkap negara mana yang akan lebih unggul dari keduanya.

"Mungkin di 2021, analisa saya dengan komitmen yang mereka bangun, ini ngeri-ngeri sedap, pertempuran antara Jepang dan Korea Selatan," kata Bahlil Lahadalia.

Selain menyoroti lima negara teratas, Bahlil juga mengungkapkan lima negara urutan selanjutnya di 2020 yang paling banyak investasi di Indonesia yaitu Belanda, Malaysia, Amerika Serikat, Taiwan, dan Australia.

"Belanda ini juga menarik karena mereka jadi hub Eropa ke depan. Ini cukup paten juga," kata Bahlil Lahadalia.        

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya