Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menjelaskan, kenaikan harga cabai jelang Natal dan Tahun Baru karena faktor cuaca. Curah hujan yang tinggi menganggu produksi sekaligus distribusi cabai.
Karena produksi dan distribusi cabai terganggu maka membuat sisi pasokan menurun jika dibandingkan permintaan. Dampak selanjutnya adalah harga cabai melonjak.
"Cabai tinggi karena persis panen terjadi hujan yang cukup tinggi. Sehingga, supply (pasokan) agak terganggu, jadi harganya tinggi," kelas Lutfi kepada awak media di Jakarta, Rabu (22/12/2021).
Advertisement
Namun, mendag memperkirakan bahwa harga cabai akan melancai dalam waktu satu sampai dua bulan ke depan. Menyusul, sejumlah sentra produksi akan memasuki musim panen.
"Jadi, dalam satu sampai dua bulan ketika di tempat lain panen harga akan turun," ucap dia menekankan.
Baca Juga
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Harga Cabai Makin Pedas Jelang Nataru
Sejumlah harga pangan mengalami kenaikan jelang memasuki periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru). Kenaikan harga terbesar terjadi untuk komoditas cabai rawit merah dan harga cabai rawit hijau.
Mengutip data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), Senin (10/12/2021), harga cabai rawit merah di pasar tradisional secara nasional naik Rp 2.200, atau 2,61 persen menjadi Rp 86.500 per kg.
Meski tidak sebesar cabai rawit merah, harga jual cabai rawit hijau naik sebesar Rp 400 atau 0,7 persen menjadi Rp 57.400 per kg.
Komoditas lainnya yang mengalami kenaikan harga yakni telur ayam ras segar, yang naik Rp 250 (0,96 persen) menjadi Rp 26.200 per kg. Lalu daging ayam ras segar Rp 50 (0,14 persen) menjadi Rp 35.750034 kg.
Â
Advertisement