Harga Coklat Valentine Makin Mahal Gara-gara Krisis Iklim, Ini Ceritanya

Dampak krisis iklim, harga kakao sebagai bahan baku coklat megalami lonjakan hingga mencapai rekor tertinggi sebesar USD 12.605 per ton pada Desember 2024, dan juga menempatkan masa depan petani kakao dalam risiko yang besar.

oleh Arthur Gideon diperbarui 14 Feb 2025, 14:03 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2025, 13:00 WIB
Alasan Cokelat dan Valentine Tak Bisa Dipisahkan
Negara-negara global, termasuk Indonesia, harus mengambil langkah serius untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, demi kelangsungan industri kakao dan coklat.... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hari ini, 14 Ferbuari merupakan perayaan Hari Kasih Sayang atau Valentine.  hari Valentine ini dirayakan di seluruh dunia. Mawar dan coklat menjadi simbol utama perayaan Valentine

Namun tahukah kamu, harga coklat setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hal ini terjadi karena dampak krisis iklim. Perubahan iklim, yakni curah hujan tinggi dan panas ekstrem, memangkas produksi kakao sehingga mengkerek harga bahan baku coklat ini.

Laporan terbaru dari organisasi amal internasional Christian Aid “Cocoa Crisis: How Chocolate is Feeling the Bite of Climate Change”, mengungkapkan bahwa perubahan iklim telah menghantam produksi kakao di Ghana dan Côte d’Ivoire, dua negara penghasil kakao terbesar di dunia.

Akibatnya, lonjakan harga kakao hingga mencapai rekor tertinggi sebesar USD 12.605 per ton pada Desember 2024, dan juga menempatkan masa depan petani kakao dalam risiko yang besar. Harga kakao telah melonjak 400% dalam beberapa tahun terakhir.

Kemudian, laporan Climate Central “Climate change is heating up West Africa's cocoa belt”, mencatat, pada 2024, perubahan iklim memperpanjang periode hari dengan suhu tinggi di atas 32°C selama enam pekan di 71% wilayah penghasil kakao di Côte d'Ivoire, Ghana, Kamerun, dan Nigeria — suhu yang terlalu panas untuk penanaman kakao.

Pola curah yang tidak menentu di Afrika Barat selama musim panen juga berdampak buruk pada kakao.

Sementara Afrika Barat mendominasi produksi kakao global, Indonesia menempati posisi ketiga dengan 11,4% dari total produksi dunia pada 2022 atau sekitar 667 ribu ton.

 

Ambil Langkah

Ini Alasan Kenapa Coklat Identik di Hari Valentine
Sejarah hubungan cokelat dan hari Valentine ada di sini.... Selengkapnya

Policy Strategist CERAH Wicaksono Gitawan mengatakan, dampak krisis iklim jika didiamkan akan berdampak negatif pada industri coklat di Indonesia di masa depan.

“Komoditas coklat mempunyai nilai ekonomi yang tinggi untuk Indonesia. Sulawesi Tengah merupakan daerah penghasil kakao terbesar di Indonesia, mencapai 128.154 ton dari keseluruhan 720.660 ton pada tahun 2022,” ungkapnya.

Dia menambahkan, 

“Selain berada dalam top 3 produsen coklat global, Indonesia juga memiliki pasar coklat nasional yang besar. Aksi nyata Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi harus segera didorong, demi menjaga mata pencaharian petani dan produsen coklat nasional serta berjalannya roda perekonomian,” tegas Wicaksono.

 

Produsen Bisa Gulung Tikar

Cara Membuat Coklat Valentine Sendiri di Rumah, Mudah dan Murah Meriah
Doc: Matcha-jp.com... Selengkapnya

Direktur Operasi Kernow Chocolate Andy Soden membenarkan bahwa produksi kakao global empat tahun terakhir ini telah terdampak perubahan iklim ekstrem, seperti El Nino dan La Nina. Perubahan cuaca yang tak menentu selama siklus penanaman dan panen, telah secara drastis mengurangi produksi kakao.

“Pasokan yang rendah dan permintaan global yang tinggi telah mendorong harga pasar kakao dari yang relatif stabil menjadi lebih dari £10.000 per ton. Bagi produsen kecil seperti kami, ini bisa membuat kami gulung tikar dalam jangka panjang karena harga grosir untuk tahun 2025 hampir melampaui harga eceran kami pada 2023,” tambah Soden.

Sedangkan Direktur Kebijakan dan Kampanye Publik Christian Aid Osai Ojigho menjelaskan, menanam kakao adalah mata pencaharian penting bagi banyak masyarakat miskin di seluruh dunia, tetapi perubahan iklim yang disebabkan manusia mengancam sumber penghasilan ini.

"Perubahan iklim yang sebagian besar dipicu oleh emisi gas rumah kaca dari negara-negara utara telah menyebabkan kekacauan global, dengan petani kakao yang paling merasakan dampaknya. Kita perlu mengurangi emisi dan menyediakan pembiayaan iklim yang ditargetkan untuk membantu petani kakao beradaptasi,” tutup dia. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya