Liputan6.com, Teheran - Badai debu raksasa yang mengerikan menerjang ibukota Iran, Teheran pada Senin 2 Juni 2014 pukul 17.10 waktu setempat. Langit mendadak gelap, suhu anjlok dari 33 menjadi 18 derajat Celcius. Sinar Matahari tak mampu menembus pekatnya dinding pasir.
"Langit tiba-tiba gelap saat badai pasir menerjang kota dari arah barat," kicau jurnalis sekaligus kepala biro New York Times di Teheran, Thomas Erdbrink.
Kepulan debu yang dibawa angin kencang berkecepatan sekitar 130 km per jam menumbangkan pepohonan, merusak bangunan, memadamkan instalasi listrik, membuat orang-orang panik, dan memicu kecelakaan. Badai berlangsung selama sekitar 15 menit, lalu disusul hujan dan angin kencang. Teheran saat itu mirip adegan film horor apokaliptik.
Badai juga merenggut korban nyawa. Kepala Pelayanan Darurat Teheran mengatakan, setidaknya 5 orang tewas. Salah satu korban meninggal dunia saat pohon tumbang dan menimpanya, 4 lainnya kehilangan nyawa akibat kejatuhan puing-puing. Tasnim News Agency mengabarkan, 30 warga lainnya dikabarkan luka-luka.
Seperti Liputan6.com kutip dari Iran News Update, Selasa (3/6/2014), tingkat kerusakan yang disebabkan oleh angin puyuh tersebut belum bisa dipastikan. Jumlah korban, terutama akibat kecelakaan reaksi berantai di jalan raya, diperkirakan akan meningkat.
Meski Teheran sudah biasa dengan kepulan debu -- yang biasa disebut "haboob" di Timur Tengah -- namun, badai pasir yang menerjang kota itu makin lama makin parah. Praktek pertanian dan penggembalaan yang buruk membuat pedesaan menjadi cekungan tandus yang memperkuat pembentukan badai.
"Kami tak pernah menyaksikan sesuatu seperti ini. Aku takut ini adalah pertanda sesuatu yang buruk akan datang," kata seorang pria seperti dimuat Gizmodo. (Ndy)Â