Patung Rusak Saddam Hussein Ditawar Rp 119 M

Patung dada, yang tingginya sekitar 17 inchi atau 43 cm tak lagi utuh. Rusak akibat pertempuran intensif.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 02 Jul 2014, 09:14 WIB
Diterbitkan 02 Jul 2014, 09:14 WIB
Patung Saddam Hussein
Patung Saddam Hussein (Mercury Press)

Liputan6.com, Las Vegas - Sebuah patung perunggu mantan pemimpin Irak, Saddam Hussein terabaikan di antara puing-puing di Irak. Objek seberat 40 kilogram tersebut ditemukan mantan tentara Angkatan Darat AS Earl Torres (47) asal Texas. Saat ia bertugas membersihkan Bandara Internasional Baghdad pada 2003.

Patung dada, yang tingginya sekitar 17 inchi atau 43 cm tak lagi utuh. Ia merupakan bagian dari arca setinggi 15 kaki atau 4,5 meter -- yang sebagian hancur akibat pertempuran intensif di area bandara yang menjadi pusat operasi AS selama 7 tahun perang di Irak.

Setelah menyelesaikan tugas selama 13 bulan, Torres membawa pulang temuannya ke AS. Tak disangka, potongan patung rusak itu ditawar dengan harga mahal, US$ 10 juta atau Rp 119 miliar.

Meski sudah dilirik pembeli potensial, Torres masih belum mau melepas patung tersebut. Ia belum sepakat dengan harga yang ditawarkan. "Benda ini adalah sesuatu yang menarik para kolektor dan museum," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Rabu (2/7/2014).

"Ini adalah satu dari sekian banyak patung Saddam yang ditemukan di Irak pada masa itu. Objek ini rusak sebagian akibat pertempuran intensif di Bandara Baghdad yang menjadi pusat operasi AS selama perang."

Torres memotong patung rusak itu di bawah kepala, dan berurusan dengan bea cukai demi bisa membawanya ke AS.

Jadi berapa harga yang diinginkan Torres? "Aku memutuskan untuk menunggu sebentar sebelum menjualnya, menunggu anak-anakku besar dan bisa melihatnya," kata dia. "Aku yakin ini satu-satunya di AS dan sangat berarti padaku."



Tak hanya itu saja 'kenang-kenangan' dari Saddam Hussein. Konon ada salinan Al Quran yang ditulis dengan darah mantan penguasa Irak itu.

Salinan itu dibuat di akhir tahun 1990-an. Kala itu, Saddam memerintahkan para ahli kaligrafi untuk menyalin Alquran menggunakan darahnya.

Dengan  dalil sebagai ungkapan rasa syukur pada Allah, Saddam menyumbangkan 27 liter darahnya, dalam waktu dua tahun, sebagai pengganti tinta.

Setelah kejatuhan Saddam, pemerintah dan ulama Irak bingung. Ada dua pilihan yang sulit yang harus segera diambil terkait salinan Quran itu: dihancurkan atau  dipertahankan. Penelusuran Liputan6.com, setidaknya hingga 2012, salinan tersebut masih ada. (Yus)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya