Liputan6.com, Moskow - Rusia dilaporkan mengirimkan tentaranya ke Suriah. Diduga kuat langkah ini diambil Negeri Beruang Merah untuk ikut dalam operasi militer di negara tersebut.
Dari keterangan sumber dekat Rusia yang berasal dari Lebanon, disebutkan pengirim pasukan ini meningkatkan kekhawatiran dari Amerika Serikat (AS). Kecemasan itu terkait dengan pontensi pecahnya perang saudara di Suriah yang semakin besar.
Baca Juga
Meski demikian, sumber dekat yang namanya tidak mau diungkap itu mengatakan ketakutan AS terlalu berlebihan. Sebab, Rusia hanya mengirimkan pasukan dan artileri militernya dalam jumlah kecil.
Advertisement
Seorang pejabat AS menuding apa yang dilakukan Rusia tidak jelas tujuannya. Kekhawatiran pihaknya pun, kata dia, memang sangat beralasan karena dari data intelejen didapati turut menyertakan 2 tank serta beberapa perlengkapan tempur udara.
Tak cuma itu, seluruh peralatan dan pasukan tersebut dikerahkan di Kota Latakia.
Wilayah Latakia merupakan kota pelabuhan penting di Suriah, dan menjadi basis pertahanan paling kuat dari Presiden Suriah Bashar Al-Assad. Orang Nomor Satu di Suriah ini sudah sejak lama menjadi 'musuh' AS karena diduga melakukan kejahatan kemanusian kepada warganya sendiri.
Tindakan dari Rusia tersebut juga memancing Gedung Putih untuk berkomentar. Juru Bicara Kepresidenan AS, Eric Schultz menyebut kondisi ini terus dipantau.
"Kami menyambut baik jika Rusia ingin berkontribusi secara konstruktif dalam upaya melawan ISIS. Tetapi ini tidak dapat dibenarkan jika apa yang mereka lakukan ditujukan untuk mendukung rezim Al-Assad," ucap Schultz seperti dikutip dari Reuters, Kamis (10/9/2015).Â
Rusia Buka Suara
Menanggapi isu yang beredar luas, Otoritas Rusia akhirnya buka mulut. Mereka menegaskan memang ada bantuan untuk Suriah dari pihanya.
Namun, bantuan itu berupa pengiriman ahli ke Suriah. Sementara untuk berapa pasukan yang dikirim ke Suriah, Kremlin memilih bungkam.
Pernyataan dari Rusia tersebut diamini oleh Suriah. Damaskus menjelaskan konterpartnya itu sama sekali tidak terlibat pertempuran di negaranya. Hanya saja, dalam beberapa tahun belakangan kehadiran ahli terutama di bidang militer memang terus meningkat.
Dalam beberapa tahun terakhir Suriah terjerembab dalam perang antara pendukung Presiden Assad dan penentangnya. Keadaan diperparah dengan kehadiran kelompok teroris paling berbahaya di dunia saat ini ISIS.
Akibat kondisi mencekam itu, 250 ribu warga Suriah yang kebanyakan penduduk sipil meregang nyawa. Sementara 23 juta orang lainnya memilih mengungsi dari negara ini.
Apa yang terjadi di Suriah menyebabkan negara Barat yang dikomandani AS mengkambinghitamkan Presiden Assad sebagai biang dari segala masalah. Kekuatan Barat tersebut juga menuntut Assad meletakan jabatannya sebagai bentuk pertanggungjawaban.
Di tengah tekanan dari dunia luar, nyatanya sampai sekarang Assad masih menjadi penguasa Suriah secara resmi. Masih berkuasanya Assad juga mendapat dukungan dari beberapa negara besar dunia, termasuk sekutunya yang paling dekatnya Rusia. (Ger/Tnt)