Liputan6.com, Antananarivo - Perayaan hari kemerdekaan Madagaskar diwarnai dengan kekerasan. Granat meledak di stadion Mahamasina, di ibukota Antananarivo pada Minggu 26 Juni 2016 sore. Atas insiden itu, 2 orang dilaporkan tewas, 80 terluka.
Presiden Madagaskar Hery Rajaonarimampianina mengecam serangan itu sebagai aksi terorisme yang terkutuk. Demikian dilansir dari DW. Ia mengklaim insiden itu dilakukan oleh oposisi.
"Jelas ada perbedaan opini antara kita berdua, tapi aksi yang membuat ketidakstabilan ini jelas tidak dapat diterima," kata Hery dalam pidatonya di TV Nasional.
Advertisement
"Ini bukan hanya menciptakan ketidakstabilan, namun juga aksi terorisme. Kami meminta rakyat untuk tenang dan tak akan merespons kekerasan dengan kekerasan," lanjutnya.
Menurut tentara, dua orang yang tewas adalah remaja berusia 16 dan 18 tahun.
"Ledakan terjadi karena granat," kata Jenderal Anthony Rakotoraison, kepada keamanan dan intelijen.
Ini adalah serangan kedua dalam 2 tahun terakhir. Tahun 2014, ledakan granat terjadi di stadion yang sama. Atas insiden itu, 1 anak tewas dan belasan terluka. Hingga kini tak ada penangkapan serta pernyataan siapa pelaku dibalik serangan itu.
Madagaskar merupakan salah satu negara miskin di dunia. Negeri bekas kolonial Prancis itu tengah perlahan bangkit setelah ketidakstabilan politik tahun 2009 akibat perebutan kekuasaan.