Liputan6.com, Kailua-Kona - Ilmuwan telah menemukan galaksi "hantu" yang memiliki massa hampir sama dengan galaksi kita. Namun, sistem masif itu hampir seluruhnya terdiri dari dark matter atau materi gelap --tidak memancarkan cahaya sama sekali.
Dragonfly 44, nama galaksi tersebut, hampir seluruhnya terdiri dari materi gelap yang membentuk 27 persen alam semesta. Walaupun terletak di dekat Bima Sakti, namun ilmuwan tak menyadari keberadaannya selama puluhan tahun karena kegelapannya.
Baca Juga
Keberadaan Dragonfly 44 akhirnya ditemukan pada 2015. Galaksi itu terletak di gugus galaksi Coma, sekitar 330 juta cahaya dari Bumi.
Advertisement
Ketika ilmuwan melihatnya lebih jauh, mereka menemukan bahwa Dragonfly 44 tak sekedar sistem masif biasa, ia terdiri dari materi gelap. Walaupun memiliki massa yang sama dengan Bima Sakti, hanya seperseratus dari satu persen dari galaksi tersebut yang terdiri dari materi normal, seperti bintang, debu, dan gas.
Dikutip dari Independent, Jumat (26/8/2016), sekitar 99,99 persen Dragonfly 44 terdiri dari materi gelap. Hingga saat ini, ilmuwan tak tahu bagaimana hal itu dapat terjadi.
Walaupun Dragonfly 44 memiliki sejumlah bintang, namun galaksi kita mempunyai bintang seratus kali lebih banyak.
Astronom menemukan Dragonfly 44 dari pergerakan bintangnya yang mereka yakini dipengaruhi bukan dari materi normal.
"Gerakan dari bintang memberi tahu seberapa banyak materi yang ada di sana. Di galaksi Dragonfly, bintang bergerak sangat cepat. Jadi terdapat kesenjangan besar," ujar anggota penelitian dari Yale Univeristy, Profesor Pieter van Dokkum.
Para ilmuwan dari Keck Observatory di Hawaii lah yang menemukan galaksi tersebut. Mereka menulis penemuannya dalam Astrophysical Journal Letters.
Menurut mereka, ke depannya akan lebih banyak galaksi "hantu" yang akan ditemukan.
"Kami tak tahu bagaimana galaksi seperti Dragonfly 44 dapat terbentuk," ujar rekan penulis dari University of Toronto, Roberto Abraham.
Hingga saat ini materi gelap mungkin menjadi salah satu misteri terbesar di alam semesta. Walaupun ilmuwan meyakini bahwa materi tersebut ada melalui perhitungan, namun hingga saat ini keberadannya belum pernah terlihat.
Penemuan itu diyakini menjadi awal terbukanya gerbang menuju penelitian lebih lanjut tentang hal-hal misterius di alam semesta.
"Pada akhirnya apa yang benar-benar ingin kita pelajari adalah materi gelap," ujar Van Dokkum.
"Kita ingin mencari galaksi gelap raksasa yang lebih dekat ke kita daripada Dragonflly 44, jadi kita dapat mencari sinyal lemah yang mungkin dapat mengungkap partikel materi gelap," imbuhnya.
Hanya lima persen massa-energi yang dapat dipertukarkan di alam semesta terbuat dari materi normal yang dapat kita lihat dan sentuh. Sementara materi gelap melengkapi sisanya.
Terlepas dari kenyataan bahwa materi gelap menyusun 27 persen alam semesta, namun ia tak dapat memantulkan cahaya dan tak dapat dilihat dengan cara apapun.
Tak hanya materi gelap yang membingungkan, sebanyak 68 persen pembentuk alam semesta adalah energi gelap. Ia merupakan jenis kekuatan anti-gravitasi yang mendorong galaksi hingga terpisah.