Korut Bentuk Pasukan Elite yang Dibekali Ransel Nuklir?

Korut dikabarkan mempersenjatai tentara elitenya dengan ransel nuklir, menanggapi latihan intensif AS dan Korsel.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 01 Sep 2016, 14:08 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2016, 14:08 WIB
Tentara Elite Korut Dibekali Ransel Nuklir
Tentara Elite Korut Dibekali Ransel Nuklir (AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Seiring dengan makin intensifnya latihan militer Korsel dan AS, Korea Utara pun semakin kerap melakukan tes misil dan roket. Bahkan kali ini, mereka mempersenjatai tentara elitenya dengan ransel nuklir.

Salah seorang sumber yang tidak menyebut namanya membocorkan rahasia itu kepada Radio Free Asia. Menurutnya, semenjak Maret 2016 lalu, unit spesial membawa ransel nuklir Korut dan mereka telah melakukan simulasi latihan dengan bom mainan.

"Tentara elite dipilih dari masing-masing satuan untuk dijadikan unit spesial yang membawa ransel nuklir," kata sumber yang berasal dari Provinsi Hamgyong seperti dilansir The Independent, Kamis (1/9/2016).

Senjata itu memiliki berat sekitar 10 hingga 30 kg. Ransel itu sanggup melepas material radioaktif, kemungkinan besar berupa uranium ke arah musuh.

Meski demikian, sulit untuk memverifikasi laporan Radio Free Asia, yang selama ini didanai oleh pemerintah AS. Namun, tentara Korut terlihat membawa ransel warna kuning dan hitam -- mirip simbol radiasi saat parade 70 tahun Partai Pekerja pada Oktober lalu. Sementara tas punggung yang sama juga terlihat tahun 2013.

Laporan itu datang setelah Kim Jong-un dilaporkan mengeksekusi wakil perdana menteri pendidikan dan mengusir 2 pejabat tinggi ke daerah pedalaman untuk 'disekolahkan'.

Pejabat Korea Selatan mengatakan Kim Yong-in, menteri kabinet pendidikan untuk Korut, dilaporkan dibunuh. Kemungkinan nyawanya dicabut oleh algojo pada Juli lalu setelah dicurigai ingin menggulingkan Kim Jong-un.

Sementara itu, Kim Yong-chol petinggi Partai Pekerja yang memimpin operasi mata-mata anti-Seoul dan Choe Whi, pejabat senior khusus propaganda telah diusir dari Pyongyang. Keduanya dikirim ke pedesaan untuk melakukan program pendidikan revolusi.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya