Liputan6.com, Manila - Dalam sebuah wawancara dengan media lokal, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte memberikan pengakuan mengejutkan. Ia mengatakan, kemungkinan beberapa saudaranya telah bergabung dengan ISIS.
Orang nomor satu di Filipina itu mengatakan, ia menerima kabar dari keluarganya bahwa beberapa sepupunya yang merupakan anggota kelompok separatis Islam lokal, yakni Front Pembebasan Islam Moro (MI) dan Front Pembebasan Nasional Moro (MN) telah mengucap janji setia kepada ISIS di Mindanao.
Baca Juga
Duterte sendiri mengaku dirinya berasal dari Mindanao, pulau utama di bagian selatan negara itu. Ia menyebut dirinya keturunan dari suku Moro yang mayoritas beragama Islam.
Advertisement
"Mari kita buka-bukaan: Aku punya sejumlah sepupu yang bergabung dengan MI dan MN. Beberapa di antara mereka, aku dengar sudah bergabung dengan ISIS," kata Duterte kepada Rappler seperti yang dilansir Sputnik News, Rabu, (4/1/2017).
Lebih lanjut, Duterte menegaskan bahwa ia akan memerintahkan aparat keamanan untuk memburu siapa saja yang telah bergabung dengan kelompok teroris. Pemimpin yang dikenal dengan berbagai tindakan kontroversialnya ini menegaskan bahwa anggota ISIS akan diperangi dengan kejam, tanpa ampun, tak peduli keluarga atau bukan.
"Maaf tapi tentu Anda tahu, aku melayani Republik ini, bukan hubungan (tertentu)," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Duterte juga mengeluhkan keberadaan ISIS yang disebutnya tersebar di mana-mana. Pernyataannya itu mengacu pada serangkaian teror yang melanda berbagai kawasan, termasuk ledakan di luar sebuah gereja pada malam Natal.
"Di Samal, terjadi sebuah ledakan. Di Midsayap ketika pendeta tengah memberikan khotbah tentang pembunuhan yang melanggar hukum, gerejanya dibom," jelas sang presiden.
Sebelumnya, Duterte sempat mengatakan bahwa pemerintahannya menduga terdapat perekrut ISIS di Filipina mengingat ada pergerakan warga Arab dan Kaukasia yang mencurigakan tepatnya di Pulau Mindanao. Mereka disebut-sebut berusaha mendoktrin dan merekrut warga dari populasi Moro.
Pada November lalu, Duterte menegaskan bahwa kelompok fundamentalis Islam Maute memiliki hubungan dengan ISIS. Maute diduga dalang di balik pengeboman pasar malam di Davao City pada September 2016.
Pekan lalu, Duterte mengabarkan bahwa dirinya memimpin pertemuan dengan para pejabat militer dan kepolisian untuk membahas serangkaian pengeboman yang menganggu negaranya. Ia pun mengatakan telah mendiskusikan ancaman terkait ISIS dengan sejumlah pemimpin dunia.
Duterte menjadi presiden Filipina pertama yang mengakui ancaman kehadiran ISIS di negara itu. Pada tahun 2014, tepatnya ketika Duterte masih menjadi wali kota Davao, ia menengarai setidaknya sekitar 100 warga Filipina telah direkrut ISIS untuk berperang di Irak dan Suriah.
Dan saat ini, pasukan keamanan Filipina tengah berupaya membasmi ISIS yang bersarang di bagian selatan negara itu. ISIS telah berjanji akan mengubah Pulau Mindanao menjadi sebuah provinsi dalam 'kekhalifahan' mereka di Asia Tenggara.
Dan pada Agustus lalu, Duterte menjadi sorotan setelah ia berjanji akan "sepuluh kali" lebih brutal terhadap ISIS. Duterte bersumpah tidak akan mengizinkan negaranya dihancurkan teroris.
Dunia mengenal Duterte melalui kebijakan keras dalam perang melawan narkoba sehingga memungkinkan pasukan keamanan melakukan tindakan di luar hukum.
Sosoknya pun tak jarang melontarkan kata-kata kasar bahkan terhadap pemimpin asing sekali pun. Sebagian terang-terangan mengutuk perilakunya tersebut.