Liputan6.com, Bangkok - Banjir bandang yang menerjang Thailand, memutuskan sebuah jembatan di jalan utama di Distrik Chai Buri, Provinsi Surat Thani, pada Selasa 10 Januari 2017 waktu setempat. Akibat peristiwa itu, terjadi kemacetan sepanjang 200 kilometer.
Lebih dari 360.000 KK atau sekitar satu juta orang, telah terdampak banjir yang merusakkan sejumlah rumah dan sekolah. Banjir tersebut telah berdampak terhadap produksi minyak sawit.
Baca Juga
Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban jiwa akibat hujan lebat dan banjir Thailand meningkat menjadi 25 orang.
Advertisement
Sementara itu jalur kereta ke selatan Thailand dan Malaysia telah terputus selama berhari-hari.
Musim hujan di Thailand biasanya berakhir pada akhir November. Namun hujan lebat yang menerjang Negeri Gajah Putih pada tahun ini, juga jatuh di bulan yang seharusnya sudah memasuki musim kemarau.
Thailand selatan merupakan daerah utama penghasil karet dan anomali cuaca berdampak besar pada produksi. Menurut pejabat industri dan kelompok petani, perkebunan kelapa sawit juga turut diterjang banjir.
Di salah satu provinsi yang paling parah terdampak banjir, Nakhon Si Thammarat, terlihat warga desa menggunakan perahu untuk bepergian.
"Ini seperti sebuah kolam besar," ujar seorang warga, Pattama Narai seperti dilansir dari Reuters.
Banjir di Thailand biasanya terjadi pada Mei hingga November di musim hujan.
Pada 2011, banjir bandang yang berawal di bagian utara dan mengalir ke Bangkok, melumpuhkan industri, menewaskan lebih dari 900 orang, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi Thailand, yakni hanya sebesar 0,1 persen pada tahun itu.