Liputan6.com, Bangkok - Meskipun kemajuan sudah dicapai untuk melawan malaria, penyakit yang ditularkan nyamuk ini masih menewaskan lebih dari 420.000 orang setiap tahun.
Sekarang, penyakit malaria yang kebal obat di Asia Tenggara, termasuk Thailand bisa mengancam upaya global untuk melawan penyakit ini.
Kota perbatasan Bo Rai, Thailand yang sebelumnya adalah persinggahan penyelundupanan bagi pemberontak Khmer Merah Kamboja, menjadi medan pertempuran baru untuk melawan penyakit malaria kebal obat yang mengancam akan membalikkan upaya global untuk memberantas malaria. Demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (28/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Unit pengendalian penyakit setempat terus memantau penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan darah mingguan terhadap pasien malaria... untuk memastikan mereka minum obat dengan benar, dan membatasi kemungkinan parasit menjadi kebal obat.
"Yang kami khawatirkan adalah pasien yang terkena malaria bepergian ke berbagai negara, beresiko menyebarkan infeksi tersebut, dan kami tidak dapat menindak lanjuti agar minum obat sebagaimana mestinya karena mereka terus melintasi perbatasan antara kedua negara (Thailand dan Kamboja)," kata Vicharn Phatirat, seorang petugas kesehatan.
Miliaran dolar telah dikeluarkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara menghindari infeksi dan membuat diagnosis lebih cepat dan lebih murah.
Obat Malaria Belum Efektif
"Sekarang parasit makin kebal terhadap obat artemisinin dan obat lainnya dalam terapi kombinasi. Parasit penyakit ini kini menyebar dengan cepat melalui Kamboja ke negara-negara tetangga," tutur Arjen Dondorp.
Jumlah kasus malaria di Thailand turun menjadi kurang dari 10.000 tahun ini, dan Kementrian Kesehatan negara itu mengatakan telah memasuki "tahap pemberantasan malaria." Thailand berharap bisa memberantas penyakit ini tahun 2024.
Vaksin Malaria Pertama di Dunia akan Diuji Coba di Afrika
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memilih Ghana, Kenya dan Malawi sebagai negara-negara di mana vaksin pertama malaria di dunia akan diuji coba pada anak-anak. Rancananya akan dilakukan pada tahun depan.
Vaksin yang dapat disuntikkan itu dinamakan RTS, S, atau Mosquirix. Dikembangkan oleh perusahaan farmasi Inggris, GlaxoSmithKline.
Uji coba tersebut akan dilakukan pada bayi dan anak-anak berusia 5 hingga 17 bulan.
Malaria adalah penyakit yang mengancam nyawa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi.
"Kami akan menilai kemampuan empat dosis RTS, S, yang diharuskan untuk mengurangi angka kematian anak-anak dan keselamatan anak-anak dalam penggunaan rutin," jelas pihak WHO dalam pernyataannya terkait program percontohan itu.
"Prospek vaksin malaria tersebut merupakan kabar yang sangat baik. Informasi yang terkumpul melalui proyek percontohan itu, akan membantu kita dalam mengambil keputusan (lebih lanjut) terkait penggunaan vaksin tersebut," kata Dr. Matshidiso Moeti, Direktur WHO untuk kawasan Afrika seperti dikutip dari VOA News.
"Apabila digabung dengan pencegahan malaria yang sudah ada, vaksin ini akan mempunyai potensi untuk menyelamatkan nyawa puluhan ribu orang di Afrika."
Banyak upaya telah dilakukan untuk pencegahan malaria selama ini, termasuk kelambu yang diobati dengan insektisida dan penyemprotan dinding dalam rumah dengan insektisida.
Tahun 2015, sekitar 429 ribu orang meninggal dunia akibat malaria, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak di Afrika. Namun, upaya dunia untuk mengurangi angka kematian akibat malaria telah berhasil mencapai angka sekitar 62 persen, antara tahun 2000-2015.
Menurut WHO, Afrika merupakan daerah yang paling menderita akibat malaria di seluruh dunia. Tahun 2015, di Afrika sub-Sahara terdapat 90 persen penderita malaria dan 92 persen kematian akibat malaria.
Advertisement