Presiden Rusia: Serangan AS ke Suriah Berisiko Memicu Kekacauan Global

Rusia dan Iran sepakat bahwa serangan Barat ke Suriah merusak prospek penyelesaian kekacauan politik di negara pimpinan Bashar al-Assad tersebut.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 16 Apr 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2018, 10:31 WIB
Keakraban Erdogan, Putin, Rouhani Saat Bahas Perdamaian Suriah
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Iran Hassan Rouhani terkait perdamaian Suriah di Ankara, Turki, Rabu (4/4). (AFP PHOTO/ADEM ALTAN)

Liputan6.com, Moskow - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan bahwa serangan yang dilakukan Barat ke Suriah pekan lalu, berisiko memicu kekacauan geopolitik.

Pernyataan tersebut disampaikan Putin ketika melakukan sambungan telepon dengan Presiden Iran, Hassan Rouhani, sehari setelah serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat (AS).

Dikutip dari South China Morning Post, Senin (16/4/2018), kedua pemimpin sepakat menyatakan bahwa serangan tersebut merusak prospek penyelesaian kekacauan politik di Suriah.

Bersama dengan Prancis dan Inggris, AS melancarkan serangan udara terhadap pemerintahan Presiden Bashar al-Assad, seminggu setelah muncul dugaan penggunaan senjata kimia di kota Douma.

Presiden Vladimir Putin menyatakan kecaman keras pada Sabtu, 14 April 2018. Ia menggambarkan serangan tersebut sebagai tindakan agresi terhadap negara berdaulat yang tengah berperang melawan terorisme.

Di sisi lain, Departemen Keuangan AS akan mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia pada Senin ini.

Menurut Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Halley, sanksi tersebut diberikan karena Negeri Beruang Merah dituding terlibat dalam penggunaan senjata kimia di Suriah.

"Sanksi untuk Rusia akan segera diumumkan pada Senin ini, sebagai upaya penegasan kembali tentang tanggung jawab terhadap penggunaan senjata kimia oleh Assad," jelas Haley.

Sebelumnya, AS telah mengusir para diplomat Rusia keluar dari Negeri Paman Sam, sekaligus membenarkan tuduhan keterlibatan peracunan agen saraf pada mantan mata-mata di Inggris.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


DK PBB Tolak Permintaan Rusia untuk Mengutuk Serangan Udara AS

Luluh Lantak, Begini Kerusakan Parah di Suriah Usai Diserang AS
Kondisi bangunan Pusat Penelitian Ilmiah Suriah yang hancur parah usai diserang oleh AS dan sekutunya di Barzeh, Damaskus (14/4). AS dan sekutunya, yakni Inggris dan Perancis menyerang Suriah melalui serangan udara pada Sabtu malam. (AP/Hassan Ammar)

Sementara itu, Dewan Keamanan PBB menolak permintaan Rusia untuk mengutuk serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis ke Suriah. Hanya China dan Bolivia yang mendukung rancangan resolusi yang diajukan Rusia.

Seperti dikutip dari France24.com, Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara bertemu pada Sabtu, 14 April 2018. Tatap muka itu dilakukan atas desakan Moskow usai serangan udara ke Suriah.

Amerika Serikat dan sekutunya dilaporkan menembakkan 105 buah rudal ke Suriah pada Sabtu waktu setempat, setelah Barat menuding rezim Presiden Bashar al-Assad melancarkan serangan senjata kimia terhadap warga sipil di Douma.

"Mengapa Anda (Barat) tidak menunggu hasil investigasi yang Anda minta?" tanya Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, usai pemungutan suara dilakukan di Dewan Keamanan PBB. Diplomat Rusia itu menuduh, Amerika Serikat, Prancis, dan Inggris 'menunjukkan ketidakpatuhan terhadap hukum internasional'.

Ia menambahkan, "Saya berharap kepala yang panas akan menjadi dingin".

Penyidik internasional dari pengawas senjata kimia global tengah berada di Suriah untuk melaksanakan tugas mereka. Sementara itu, Suriah dan Rusia menegaskan, tidak ada bukti bahwa serangan senjata kimia telah terjadi.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya