Eropa Desak Penyelidikan Kredibel soal Jurnalis Hilang Arab Saudi

Tiga menteri luar negeri Eropa menyatakan desakan untuk menyelidiki kasus hilangnya jurnalis Arab Saudi di Turki.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 15 Okt 2018, 12:03 WIB
Diterbitkan 15 Okt 2018, 12:03 WIB
Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang hilang sejak 2 Oktober di Istanbul, Turki (AP/Hasan Jamali)
Jamal Khashoggi, wartawan Arab Saudi yang hilang sejak 2 Oktober di Istanbul, Turki (AP/Hasan Jamali)

Liputan6.com, London - Pemerintah Inggris, Jerman, dan Prancis menuntut penyelidikan yang kredibel terhadap hilangnya jurnalis Arab Saudi terkemuka, Jamal Khashoggi.

Seluruh menteri luar negeri dari ketiga negara mengatakan bahwa jika ada yang ditemukan bertanggung jawab, maka harus diupayakan untuk mendesak tanggapan rinci dari Riyadh.

Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt mengatakan bahwa apa pun yang terjadi sekarang adalah "benar-benar tanggung jawab Arab Saudi", demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Senin (15/10/2018).

Pernyataan bersama oleh tiga menteri luar negeri menyerukan penyelidikan yang kredibel, untuk menetapkan kebenaran tentang apa yang terjadi dan memastikan mereka bertanggung jawab atas hilangnya Khashoggi.

"Kami mendorong upaya bersama Saudi-Turki dalam hal itu, dan mengharapkan pemerintah Saudi memberikan respons yang lengkap dan rinci," kata Jeremy Hunt, Jean-Yves Le Drian dan Heiko Maas.

"Tidak seorang pun dari kami tahu apa yang terjadi, tetapi kami semua sangat prihatin dengan kisah-kisah yang telah muncul, dan negara yang dapat membantu kami mencapai dasar ini adalah Arab Saudi," lanjut Menlu Hunt.

Arab Saudi membantah tuduhan Khashoggi telah dibunuh di konsulat mereka di Istanbul, Turki.

Sebuah sumber yang dikutip oleh media negara Saudi mengatakan negara itu menolak ancaman politik dan ekonomi. Mereka akan memenuhi setiap tindakan yang diambil terhadap kerajaan dengan tanggapan yang lebih besar.

Jamal Khashoggi, seorang kritikus pemerintah Arab Saudi, menghilang pada 2 Oktober setelah mengunjungi konsulat negaranya di Istanbul.

Pemerintah Turki di Istanbul percaya bahwa Khashoggi dibunuh di konsulat oleh agen Saudi, di mana oleh Riyadh klaim tersebut dicap sebagai "kebohongan".

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Arab Saudi Tetap Membantah Keras

Ilustrasi Bendera Arab Saudi (iStockphoto via Google Images)
Ilustrasi Bendera Arab Saudi (iStockphoto via Google Images)

Pernyataan tiga negara besar Eropa itu muncul setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berjanji, akan menjatuhkan "hukuman berat" untuk Arab Saudi jika ternyata Khashoggi tewas di konsulat.

Sumber-sumber diplomatik mengatakan bahwa Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Menteri Perdagangan Internasional Inggris Liam Fox mungkin tidak menghadiri konferensi investasi mendatang, yang berlangsung di Riyadh.

Namun, pernyataan lain disampaikan oleh pembantu Gedung Putih Larry Kudlow, bahwa Menteri Mnuchin belum tentu ditarik keluar dari rencana konferensi terkait.

Acara ini diselenggarakan oleh Putra Mahkota kerajaan Mohamed bin Salman untuk mempromosikan agenda reformasinya. Beberapa sponsor dan kelompok media telah memutuskan untuk mundur, setelah pemberitaan tentang menghilangnya Jamal Kashogi menyebar luas.

Arab Saudi telah bereaksi keras, dengan sumber yang dikutip oleh kantor berita SPA mengatakan: "Kerajaan menegaskan penolakan totalnya terhadap setiap ancaman atau upaya untuk melemahkan, baik melalui ancaman untuk menjatuhkan sanksi ekonomi atau penggunaan tekanan politik."

"Kerajaan juga menegaskan bahwa pihaknya akan menanggapi setiap tindakan dengan tindakan yang lebih besar. Ekonomi Saudi memiliki peran penting dan berpengaruh bagi ekonomi global," lanjut pernyataan terkait menegaskan.

Namun, pada hari Minggu malam, Raja Salman terlihat lebih tenang, di mana ia mengucapkan terima kasih kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, karena membentuk tim gabungan untuk menyelidiki kasus hilangnya Khashogi.

"Tidak ada yang bisa merusak hubungan yang kuat dengan Turki," kata Raja Salman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya