Liputan6.com, New York - Pada 23 Oktober 1915, lebih dari 25.000 orang wanita berparade di Fifth Avenue, jalan utama Kota New York, untuk mengadvokasi hak pilih mereka.
Kala itu, perdebatan itu disebut telah berlangsung selama lebih dari 65 tahun, dimulai sejak Konvensi Seneca Falls pada tahun 1848, yang menghasilkan resolusi mendukung hak pilih wanita dalam pemilu Amerika Serikat (AS).
Banyak dari para demonstran wanita datang dengan mengendarai gerobak kuda, dan lebih banyak lainnya berbaris jalan kaki, demikian Today in History dikutip dari Time.com pada Senin (22/10/2018).
Advertisement
Tidak hanya generasi muda, tampak pula beberapa wanita tua dengan tongkat dan ibu beserta anaknya. Mereka berpakaian putih dan membawa spanduk dengan kritik-kritik seperti "Hak pilih adalah suara untuk keadilan", dan "Anda mempercayai kami dengan anak-anak; percayalah pada kami dengan suara".
Baca Juga
Pawai itu tampak penuh kemenangan, tetapi sebenarnya adalah peristiwa yang penuh ketegangan. Negara bagian New York akan mengadakan referendum mengenai apakah wannita diizinkan untuk memilih dalam pemilu.
Secara nasional kala itu, wanita belum memiliki hak untuk memilih, meski 13 negara bagian telah mengizinkannya lebih dini.
Pada titik ini, para demonstran mengaku sudah lelah digambarkan sebagai "militan yang memulai konflik", dan ibu rumah tangga yang salah arah. Parade ini adalah kesempatan mereka untuk menampilkan daya tarik dalam bentuk "koreografi bak panggung Broadway".
Para demonstran berasal dari banyak delegasi, termasuk serikat buruh dan kelompok-kelompok hak pilih dari seluruh dunia. Baris demi baris wanita berparade dengan harmonis di jalan, berpegangan tangan, dihiasi dengan karangan bunga dan papan-papan besar.
Namun, yang menjadi sorotan kala itu adalah sekelompok kecil wanita pembawa kotak suara di atas tandu. Hal tersebut merepresentasikan betapa kaum Hawa di Negeri Paman Sam memiliki kemauan kuat berpartisipasi dalam menentukan masa depan bangsa.
Simak video pilihan berikut:
Unjuk Kekuatan dan Kedewasaan Wanita
Pawai itu adalah puncak dari serangkaian aksi protes yang berlangsung di kota-kota besar di Pantai Timur AS, dalam beberapa pekan sebelumnya.
Aksi protes yang biasanya dibalas dengan ejekan, ancaman, dan bahkan penindakan oleh polsisi, berubah menjadi sebuah peristiwa yang menghibur dan menunjukkan kekuatan sekaligus kedewasaan wanita.
Jumlah resmi peserta pawai berkisar dari sekitar 25.000 hingga lebih dari 60.000 wanita, dan ditonton setidaknya oleh 100.000 orang penonton, yang hadir sebagai saksi gerakan nasional untuk hak-hak kaum Hawa.
Pada tahun 1917, negara bagian New York akhirnya memberi wanita hak untuk memilih dalam pemilu. Kebijakan itu memicu efek domino yang mengarah pada Amandemen ke-19 pada 1920, tentang jaminan pemberian hak suara bagi perempuan untuk memilih di seluruh negeri.
Meski begitu, amandemen tersebut belum memberikan hak lebih bagi wanita untuk memasuki lahan pekerjaan yang didominasi pria, seperti tentara, anggota kepolisian, dan petugas pemadam kebakaran.
Beberapa kejadian penting dalam sejarah juga terjadi pada tanggal yang sama, seperti kelahiran salah satu pesepakbola legendaris asal Brasil, Pele, pada 1940. Serta, pernyataan berakhirnya tensi senjata selama 40 tahun antara China dan Jepang pada 1978.
Advertisement