Liputan6.com, Sharm el-Sheikh - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak China untuk bertindak sebagai pemeran utama, jika dunia ingin menyusun strategi baru dan lebih efektif untuk menghentikan kerusakan lingkungan Bumi.
Desakan itu disampaikan oleh para delegasi senior pada penutupan konferensi keanekaragaman hayati PBB pekan ini.
Dengan absennya Amerika Serikat (AS), beberapa konflik di Eropa, dan menjauhnya komitmen Brasil dalam kerja sama global pada isu terkait, membuat tanggung jawab penyelamatan lingkungan bergeser ke China, yang kini menjadi kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.
Advertisement
Dikutip dari The Guardian pada Jumat (30/11/2018), China akan menjadi tuan rumah perundingan tingkat tinggi berikutnya, pada 2020, yang disebut sebagai agenda paling penting dalam lebih dari 10 tahun terakhir.
Baca Juga
Penyelenggaraan itu sekaligus merupakan tenggat waktu bagi negara-negara untuk menyetujui target global baru dalam perlindungan dan pengelolaan hutan, sungai, samudra, dan satwa liar.
"Peran China sangat penting, dan bisa menjadi pemimpin yang hebat," kata Hesiquio Benítez Díaz, direktur kerja sama internasional Meksiko, yang membantu mengorganisir konferensi keanekaragaman hayati global sebelumnya.
"Kami mencapai titik tanpa harapan untuk banyak spesies. Benar-benar buruk, tetapi orang-orang tidak melihat masalah ini," lanjutnya.
Ditambahkan oleh Benítez Díaz, dia dan para konservasionis berharap China dapat menggunakan kekuatannya untuk mendukung menteri lingkungan dan LSM --yang lemah secara politik-- dalam menekan partisipasi kepala negara pada tahun pertemuan 2020 mendatang.
Mereka juga ingin masalah ini turut diperhatikan oleh komunitas, perusahaan dan individu.
Simak video pilihan berikut:
Perspektif Baru China
Saat ini, masalah pencemaran lingkungan masih berada dalam status mengkhawatirkan di China.
Namun, dengan bergesernya persepsi pemerintahan Xi Jinping, menjadikan Beijing lebih giat dalam mempromosikan konsep "peradaban ekologis", di mana contohnya adalah mendirikan ratusan pengadilan lingkungan, serta memainkan peran positif dalam pembicaraan iklim global.
Pada keanekaragaman hayati PBB, China disebut mengirim sinyal pesan yang membingungkan. Awalnya, Beijing mengabaikan proposal untuk terlibat dalam persiapan KTT terkait pada 2020, dengan Meksiko (penyelengagra sebelumnya), dan Mesir (tuan rumah tahun ini), namun kemudian justru tidak banyak berkomentar dalam perundingan yang berlangsung selama hampir dua pekan di Sharm el-Sheikh.
"Kami sangat gugup tentang keheningan mereka," kata seorang diplomat asing.
Tetapi mereka yang akrab dengan delegasi China, mengatakan sikap tersebut mencerminkan perbedaan pendekatan.
Daripada menetapkan sasaran publik yang ambisius, mereka mengatakan Beijing lebih suka menetapkan harapan rendah, dan bekerja pada level yang lebih tinggi di belakang layar.
Advertisement