Hubungan Memanas, SPBU di Korea Selatan Tolak Isi Bensin Mobil Jepang

Mobil-mobil buatan Jepang ditolak mengisi bensin di SPBU Korea Selatan akibat hubungan kedua negara yang memburuk.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 24 Jul 2019, 16:01 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2019, 16:01 WIB
Ilustrasi SPBU Korea Selatan (AP/Julie Cortes)
Ilustrasi SPBU Korea Selatan (AP/Julie Cortes)

Liputan6.com, Seoul - Banyak stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dan jasa parkir di Korea Selatan menolak untuk mengisi dan melayani mobil-mobil Jepang, sebagai bagian dari aksi boikot produk Negeri Matahari Terbit, menyusul ketegangan perdagangan dan politik kedua negara.

Aksi boikot serupa juga menyasar pada penjualan bir Jepang, paket wisata Jepang, dan bahkan tiket film anime Butt Detective the Movie yang belum lama tayang di Korea Selatan.

Dikutip dari The Guardian pada Rabu (24/7/2019), sentimen tersebut juga memicu unjuk rasa sekelompok orang di depan Kedutaan Besar Jepang di Seoul, awal pekan ini.

Sentimen anti-Jepang semakin menguat sejak Tokyo mengumumkan pada 1 Juli, bahwa pihaknya akan membatasi ekspor bahan kimia tertentu yang digunakan dalam pembuatan semi-konduktor, sebuah industri utama di Korea Selatan.

Sejak itu, kedua negara bertetangga saling melakukan tuduhan perdagangan.

Komentar di situs Asosiasi SPBU Korea awal bulan ini, menyerukan seluruh pompa bensin bergabung dalam aksi protes, dengan menolak melayani pelanggan yang mengendarai mobil Jepang.

Salah satu pemilik SPBU mengatakan dia seolah melihat "bendera Jepang" setiap kali melihat mobil Jepang, sementara yang lain mengatakan boikot itu akan "menakut-nakuti mereka yang tertarik untuk membeli mobil Jepang", lapor surat kabar Korea Times.

Sementara itu, pada 19 Juli lalu, sebuah aliansi jasa parkir Korea Selatan juga mengumumkan kebijakan serupa, tidak akan melayani sedikit pun konsumen yang mengendarai mobil buatan Jepang.

 

 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

Berisiko Memicu Konflik Antar-Warga Korea

Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)
Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)

Namun, beberapa pihak khawatir kampanye itu bisa memicu konflik antar-warga Korea.

"Perang tidak akan pernah dimenangkan jika kita tidak tahu apakah yang kita tembak adalah teman atau musuh kita," tulis outlet berita online E Today.

"Korban bukanlah pemerintah Jepang, tetapi pemilik mobil Jepang. Jika mereka tetap tidak dibolehkan, korban sesuangguhnya bukan pemerintah Jepang, tetapi pemilik SPBU itu sendiri," lanjutnya.

Sementara itu, penjualan bir Jepang di Korea Selatan dilaporkan turun sebanyak 40 persen pekan lalu, yang dibarengi dengan meningkatnya permintaan terhadap aneka bir impor lainnya.

Meski begitu, penjualan bir asli Korea justru tumbuh hanya sebesar 2,8 persen selama periode tersebut, di mana menurut laporan jaringan minimarket CU, menunjukkan patriotisme tetap ada batasnya.

Laporan tentang penurunan itu juga terjadi pada sektor pariwisata, di mana pemesanan tur wisata ke Jepang dilaporkan turun hingga 70 persen, sementara banyak agen perjalanan melaporkan pembatalan liburan yang dipesan sebelumnya mencapai 50 persen.

Film Produksi Jepang Ikut Terdampak

Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)
Ilustrasi bendera Jepang (AFP/Toru Yamanaka)

Sementara itu, pengembangan lebih lanjut dari serial anime populer Butt Detective, turut mengalami dampak serupa.

Dirilis di Korea Selatan pada 11 Juli, film tersebut meraih skor maksimum 10 bintang di situs ulasan setempat, tetapi kemudian menjadi sasaran kritik yang menyerukan boikot pada film-film produksi Jepang.

"Saat ini, kami sedang mengurangi pemasaran (film Jepang) untuk menyeuaikan sentimen terkini, dan mempertimbangkan kepentingan publik," kata seorang perwakilan dari distributor film Korea kepada situs Biz Wire.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya