Liputan6.com, Jakarta - Hutan Amazon di Brasil baru-baru ini terbakar. Saat api menyapu wana yang berpengaruh untuk iklim global itu, satelit dan astronot NASA di Stasiun Luar Angkasa Internasional melacak api dari atas.
Temuan NASA menunjukkan, kebakaran Hutan Amazon kali ini adalah yang terbesar sejak 2010 -- satu rekor tersendiri dalam sejarah Brasilia.Â
Advertisement
Baca Juga
Pendeteksian kebakaran itu menggunakan Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) milik NASA. Alat itu telah digunakan sejak 2003 seperti dilansir dari laman Space.com, Rabu (28/8/2019).
Hutan Amazon, yang menyediakan sekitar 20% oksigen dunia, telah terbakar selama berminggu-minggu. Kebakaran itu telah memicu kemarahan publik ketika para pencinta lingkungan menyalahkan oknum penebang dan peternak karena menyalakan api untuk membuka lebih banyak lahan.
Data dari Atmospheric Infrared Sounder (AIRS) di satelit Aqua NASA menunjukkan segumpal karbon monoksida, polutan yang tetap di atmosfer selama sekitar satu bulan, di wilayah barat laut Amazon, menyebar ke selatan dan timur menuju Sao Paolo pada ketinggian 18.000 kaki (5.500 meter), menurut pernyataan NASA .
Simak video pilihan berikut:
NASA Rilis Foto Penampakan Kebakaran
Sementara itu, NASA juga telah merilis gambar-gambar terbaru kebakaran hutan hujan Amazon dari angkasa luar. Data satelit yang dikumpulkan oleh National Institute for Space Research (INPE) Brasil dari 22 Agustus 2019, mengungkapkan total sekitar 75.000 kasus terjadi di seluruh Amazon sejak awal tahun.
Sekarang, Earth Observing System Data and Information System (EOSDIS) Worldview mengungkapkan foto kepulan asap yang disebabkan oleh kebakaran tersebut.
"Potret alami dari asap dan kebakaran di beberapa negara bagian di Brasil termasuk Amazonas, Mato Grosso, dan Rondônia dikumpulkan oleh NOAA/NASA Suomi NPP menggunakan instrumen VIIRS (Visible Infrared Imaging Radiometer Suite) pada 20 Agustus 2019," menurut unggahan NASA.
Hanya sehari sebelum foto diambil, asap hitam raksasa menyelimuti kota Sao Paulo dan menjerumuskan kota ini ke dalam kegelapan di siang bolong.
Instrumen Atmospheric Infrared Sounder (AIRS) NASA, juga telah merilis gambar pergerakan karbon monoksida di atmosfer Bumi, terkait dengan kebakaran hutan hujan Amazon.
"Polutan semacam ini dapat melakukan perjalanan jarak jauh, karbon monoksida bisa bertahan di atmosfer selama sekitar satu bulan. Gas tersebut punya efek pada udara yang kita hirup," ujar NASA, seperti dikutip dari situs interestingengineering.com.
"Namun, angin kencang dapat membawanya ke bawah, di mana itu secara signifikan mampu memengaruhi kualitas udara. Karbon monoksida merupakan komponen utama dalam polusi udara dan perubahan iklim," imbuh badan antariksa Amerika Serikat tersebut.
Foto di bawah ini diambil dari instrumen NASA Worldview yang menampilkan tingkat kebakaran di Amazon. Setiap titik merah pada gambar mewakili api atau "anomali termal".
Advertisement
Deforestasi
Kebakaran hutan merupakan kejadian yang lumrah terjadi di kawasan Amazon selama musim kemarau dari Juli hingga Oktober. Namun, para pencinta lingkungan khawatir bahwa aktivitas manusia mungkin memperburuk masalah ini.
Pembakaran di wilayah tersebut dipandang sebagai cara paling efektif untuk membuka lahan untuk pertanian atau deforestasi.