Warganya Ditolak Masuk AS Akibat Virus Corona COVID-19, Presiden Brasil Dapat Tekanan

Keputusan tersebut diambil ketika angka kasus Virus Corona di Brasil telah mencapai 363.000 dengan angka kematian yang mencpai 23.000.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 26 Mei 2020, 05:44 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2020, 05:30 WIB
Presiden Donald Trump (kiri) bersama dengan Presiden Brasil Jair Bolsonaro ketika bertemu di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida.
Presiden Donald Trump (kiri) bersama dengan Presiden Brasil Jair Bolsonaro ketika bertemu di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida. (Photo: AFP/JIM WATSON)

Liputan6.com, Brasilia - Presiden Brasil yakni Jair Bolsonaro telah mendapat tekanan lebih setelah Presiden Donald Trump memberlakukan larangan perjalanan terhadap warga negara non-AS yang datang dari negara Amerika Selatan itu sebagai tanggapan atas meningkatnya jumlah kasus Virus Corona COVID-19 di Brasil.

AS mengumumkan keputusan itu pada hari Minggu ketika jumlah kasus Virus Corona COVID-19 yang tercatat di Brasil naik menjadi lebih dari 363.000 dan jumlah kematian menjadi hampir 23.000. Demikian seperti mengutip The Guardian, Selasa (26/5/2020). 

Saat ini, hanya AS yang memiliki lebih banyak kasus infeksi yang dikonfirmasi daripada Brasil di mana Bolsonaro menghadapi kritik keras karena melanggar pedoman jaga jarak dan membuatnya kehilangan dua menteri kesehatan dalam waktu kurang dari sebulan.

Sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakan langkah itu akan membantu memastikan warga negara asing yang telah berada di Brasil tidak menjadi "sumber infeksi tambahan di negara kita". 

Larangan tidak terbatas ini, yang mulai berlaku pada hari Jumat mendatang akan berlaku untuk semua warga negara non-AS yang telah berada di Brasil dalam 14 hari terakhir.

Keputusan ini pun merupakan pukulan telak bagi pemimpin sayap kanan Brasil yang menggembar-gemborkan kedekatannya dengan Trump sebagai bukti dia mengarahkan Brasil ke arah yang benar. Selama ini, pendukung Bolsonaro sering mengibarkan bendera AS di demonstrasi sementara presiden Brasil baru-baru ini mengenakan topi "Trump 2020".

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Tekanan dari Rival Politik

Presiden Brasil Jair Bolsonaro (AP/Eraldo Peres)
Presiden Brasil Jair Bolsonaro (AP/Eraldo Peres)

Rival politik Bolsonaro menggambarkan bahwa keputusan AS merupakan suatu penghinaan yang memalukan dan menjadi bukti bahwa sikap patuh terhadap Trump salah kaprah.

“Brasil: risiko kesehatan bagi dunia berkat Jair Bolsonaro,” tulis Valmir Assunção di Twitter, anggota kongres dari partai Pekerja sayap kiri. 

"Bahkan AS, yang sepatu botnya ia jilat,  telah melarang masuknya warga Brasil."

Alice Portugal, seorang anggota parlemen partai Komunis, juga ikut menulis di Twitternya : "Apakah Bolsonaro akan terus berbaris dengan bendera Amerika sekarang?"

Sebaliknya, jajaran menteri-menteri di bawahnya tentu tetap mendukung Bolsonaro dalam keadaan seperti saat ini. 

"Abaikan histeria pers," tulis Filipe Martins, seorang penasihat kebijakan luar negeri untuk Bolsonaro, menunjuk pada pembatasan AS sebelumnya pada pelancong dari China, Iran, Inggris dan Uni Eropa selama pandemi

Menteri luar negeri Brasil, Ernesto Araújo, pun menyetujui pesan dari dewan keamanan nasional yang mengatakan: "Brasil adalah salah satu mitra terkuat kami di dunia."

Brian Winter, seorang editor dari Americas Quarterly yang berbasis di New York, mengatakan ia percaya bahwa karena hubungan yang hangat antara AS dan Brasil "administrasi Trump menunggu selama mungkin untuk mengambil langkah ini".

Tetapi pesan AS sekarang ke Brasil adalah "bahkan persahabatan ini tidak dapat melindungi Anda dari aturan larangan jika Anda melewati 20.000 angka kematian dan Anda tidak dapat mengendalikan kurva Anda", Winter menambahkan.

“Tidak ada keinginan politik untuk melakukan ini di Washington. Mereka tahu itu akan memalukan bagi Bolsonaro dan Brasil dan mereka berusaha menahan diri. ”

Winter melanjutkan: "Ini adalah ironi yang mengerikan bahwa AS telah melarang perjalanan dari negara yang paling dekat meniru pendekatannya terhadap COVID-19."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya