Liputan6.com, Riyadh - Pakar ekonomi Arab Saudi menyebut negaranya berada di jalur untuk menjadi pemimpin kekuatan industri di kawasan Timur Tengah. Ini terlihat dari maraknya lisensi pabrik di kerajaan itu di tengah pandemi COVID-19.
Berdasarkan laporan Arab News, Senin (15/2/2021), Kementerian Industri dan Sumber Daya Mineral memberikan lisensi pada 115 pabrik baru pada Januari 2021. Nilai dari pabrik-pabrik tersebut mencapai 1,63 miliar riyal (Rp 6 triliun).
Advertisement
Baca Juga
"Kementerian Industri dan Sumber Daya Mineral melalui pelisensian ini sedang menerapkan pertumbuhan industri nasional dan program realisasi visi logistik yang bertujuan mentransformasi Arab Saudi menjadi pimpinan kekuatan industri," ujar Dr. Osama Ghanem Al-Obaidy, pakar hukum ekonomi internasional.
Selain menambah lapangan kerja, industrialisasi ini turut dipandang sebagai pilar program Saudi Vision 2030 untuk membuat ekonomi yang kompetitif dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
"Arab Saudi bertujuan mengembangkan industri-industri menjanjikan di makanan, obat, dan suplai medis, serta industri militer dan industri terkait minyak, gas, dan petrokimia, pertambangan serta kimia," ujar Al-Obaidy.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Insentif
Sebanyak 66 pabrik yang baru mendapat lisensi sudah mulai beroperasi, sehingga total pabrik yang eksisting dan dalam konstruksi di Saudi kini berjumlah 9.783. Pabrik-pabrik yang baru mendapat lisensi itu menghasilkan 4.099 pekerjaan baru.
Kementerian industri Saudi menyediakan insentif bagi investor lokal dan asing yang berinvestasi di sektor-sektor yang disebutkan Al-Obaidy, mulai dari makanan, militer, hingga migas.
Insentif diberikan agar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) bisa ikut berkontribusi di sektor industri, serta menambah produksi lokal Saudi.
Saudi Vision 2030 adalah rencana Arab Saudi agar bisa melepaskan diri dari ketergantungan pada minyak. Selain industri, Saudi juga tertarik mengandalkan sektor pariwisata.
(1 riyal Arab Saudi: Rp 3.707)
Advertisement