Liputan6.com, Guayaquil - Sprinter Olimpiade Ekuador Alex Quinonez ditembak mati di kota pelabuhan Guayaquil.
Alex Quinonez yang berusia 32 tahun dan seorang lain ditemukan tewas pada Jumat 22 Oktober 2021 hampir tengah malam (05:00 GMT) waktu setempat, menurut polisi. Pembunuhan itu memicu curahan kesedihan di Ekuador, negara yang tengah berjuang untuk menahan gelombang kekerasan.
Baca Juga
Presiden Ekuador Guillermo Lasso berjanji untuk membawa pembunuhnya ke pengadilan.
Advertisement
"Mereka yang mengambil nyawa warga Ekuador tidak akan dibiarkan begitu saja. Kami akan bertindak dengan kekuatan," cuit Lasso seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (25/10/2021).
"Tidak ada yang akan beristirahat sampai @PoliciaEcuador menangkap pelakunya. Kami menghadapi perang melawan geng-geng narkoba yang berniat menaklukkan kami," kata Pablo Arosemena, gubernur provinsi Guayas, yang beribukota Guayaquil, di Twitter.
Kementerian olahraga negara itu mengkonfirmasi pembunuhan dengan penembakan Alex Quinonez di Twitter, memberi penghormatan kepada "pelari cepat terbesar yang diproduksi negara ini".
"Kami telah kehilangan seorang olahragawan hebat, seseorang yang memungkinkan kami untuk bermimpi, yang menggerakkan kami," kata kementerian itu.
Pemegang Rekor untuk Ekuador
Quinonez memegang rekor Ekuador untuk sprint 200 meter dengan waktu 19,87 detik.
Dia adalah finalis di Olimpiade London 2012, mencapai tempat ketujuh setelah bersaing di semifinal di jalur sebelah Usain Bolt.
Quinonez meraih perunggu di nomor 200 meter Kejuaraan Dunia 2019 di Qatar.
Komite Olimpiade Ekuador mengatakan kematian Quinonez "meninggalkan kita dengan rasa sakit yang mendalam" dan bahwa "yang berharga akan selamanya tinggal di hati kita".
"Saya tidak memiliki kata-kata untuk mengungkapkan kesedihan, ketidakberdayaan, dan kemarahan yang menguasai saya,” tulis Andrea Sotomayor, sekretaris jenderal Komite Olimpiade Ekuador.
“Alex Quinonez adalah sinonim dari kerendahan hati dan contoh nyata dari keteguhan. Kehilangannya meninggalkan kami dengan rasa sakit di dada kami.”
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penghormatan Terakhir
Sebuah penghormatan terakhir digelar pada hari Minggu, saat peti mati sang atlet ditempatkan di kapel di stadion sepak bola di kota itu, kata kementerian olahraga.
Pembunuhan Quinonez terjadi saat kekerasan meningkat secara dramatis di Ekuador dalam beberapa bulan terakhir.
Antara Januari dan Oktober tahun ini, negara itu mencatat hampir 1.900 kasus pembunuhan, dibandingkan dengan sekitar 1.400 kasus di seluruh tahun 2020, menurut pemerintah.
Presiden Lasso menetapkan keadaan darurat di seluruh negeri pekan lalu dan dijadwalkan berlangsung 60 hari terakhir, dengan militer turun ke jalan untuk berpatroli dan melakukan pencarian.
Quinonez sedang mempersiapkan untuk pelatihan di AS, dengan maksud untuk kembali resmi ke trek dan partisipasi akhirnya di Kejuaraan Dunia Atletik di Oregon tahun depan.
Rivalnya untuk podium di Olimpiade Tokyo, Quinonez tidak dapat bersaing karena sanksi dari Federasi Atletik Internasional karena tidak melaporkan dengan benar keberadaannya untuk tes anti-doping di luar kompetisi.
Advertisement