Liputan6.com, Stockholm - Perdana Menteri wanita pertama Swedia dari Partai Sosial Demokrat bernama Magdalena Andersson, telah mengundurkan diri setelah kurang dari 12 jam menduduki jabatan puncak setelah Partai Hijau keluar dari koalisi dua partai mereka.
Hal ini pun kemudian memicu ketidakpastian politik di Swedia.
Tetapi Andersson mengatakan dia telah mengatakan kepada ketua parlemen bahwa dia berharap untuk diangkat sebagai perdana menteri lagi sebagai kepala pemerintahan satu partai. Demikian seperti dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (25/11/2021).Â
Advertisement
Partai Hijau mundur setelah parlemen menolak RUU anggaran koalisi.
"Saya telah meminta pembicara untuk dibebaskan dari tugas saya sebagai perdana menteri," kata Andersson dalam konferensi pers.Â
"Saya siap menjadi perdana menteri dalam satu partai, pemerintahan Sosial Demokrat."
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemilihan PM Anderson
Penunjukan Andersson sebagai perdana menteri telah menandai tonggak sejarah bagi Swedia, yang selama beberapa dekade dipandang sebagai salah satu negara paling progresif di Eropa dalam hal hubungan gender, tetapi belum memiliki seorang wanita di posisi politik teratas.
Andersson telah ditunjuk untuk menggantikan Stefan Lofven sebagai pemimpin partai dan perdana menteri, peran yang dia tinggalkan pada awal tahun ini.
Sebelumnya pada hari itu, 117 politisi memilih ya untuk Andersson, 174 menolak pengangkatannya sementara 57 abstain dan satu politisi tidak hadir.
Di bawah Konstitusi Swedia, perdana menteri dapat ditunjuk dan memerintah selama mayoritas parlemen - minimal 175 anggota parlemen - tidak menentang mereka.
Pemilihan umum Swedia berikutnya dijadwalkan pada 11 September.
Advertisement