Filipina Beli Rudal Jelajah dari Rusia-India, untuk Halau Tiongkok di Laut China Selatan?

Filipina membuat kesepakatan pada Januari untuk memperoleh rudal BrahMos dari usaha patungan Rusia-India. Diduga untuk menghalau Tiongkok di Laut China Selatan.

oleh Hariz Barak diperbarui 05 Feb 2022, 13:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2022, 13:00 WIB
Ilustrasi bendera Filipina (AFP/Noel Cells)
Ilustrasi bendera Filipina (AFP/Noel Cells)

Liputan6.com, Manila - Para pemimpin Filipina meneruskan pembelian rudal canggih jelajah anti-kapal dalam apa yang oleh para analis dipandang sebagai tekad baru untuk menghadapi China dalam sengketa maritim dan semakin mendekatkan diri pada sekutu tradisional Manila, Amerika Serikat.

Filipina membuat kesepakatan pada Januari untuk memperoleh rudal BrahMos dari usaha patungan Rusia-India, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (5/2/2022).

Langkah ini mengikuti persetujuan Manila pada Juli 2021 untuk mempertahankan perjanjian kunjungan pasukan Amerika, yang memungkinkan penjualan senjata, pembagian intelijen, dan akses pasukan AS ke bumi Filipina untuk latihan militer.

Filipina adalah bagian dari jaringan negara-negara pro-Amerika di Asia Timur, tetapi Presiden Rodrigo Duterte menantang aliansi Amerika pada tahun 2016 dengan berusaha menjalin hubungan persahabatan dengan negara adidaya Asia China, yang dia puji sementara dia mengkritik pengaruh Amerika di negaranya.

Serangkaian sengketa wilayah di Laut China Selatan telah meredakan ambisi Duterte selama empat tahun terakhir.

“Dia tidak suka diremehkan otoritasnya, diremehkan egonya dan diremehkan kedaulatan negaranya, dan dia menghadapi itu semua,” kata Carl Thayer, profesor emeritus ilmu politik di University of New South Wales di Australia. “Jadi, saya kira yang ada dalam benaknya – ‘kami menentang Amerika Serikat pada awalnya dan kemudian itu tidak berhasil dengan China’ – jadi dia menghukum mereka (China).”

Halau Tiongkok di Laut China Selatan

Filipina Kibarkan Bendera Negara di Pulau Thitu
Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana memberikan pidato saat upacara pengibaran bendera di Pulau Thitu, Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, Jumat (21/4). (AP Photo / Bullit Marquez)

BrahMos Aerospace Private Ltd. mengumumkan penandatanganan kontraknya dengan Departemen Pertahanan Nasional Filipina dalam siaran pers 28 Januari di situs webnya.

Kantor Berita Filipina yang dikelola pemerintah Manila melaporkan seminggu sebelumnya bahwa kesepakatan itu bernilai $ 375 juta dan bahwa dua unit peluncur rudal akan tersedia bagi militer Filipina untuk misi pertahankan pantainya.

Para ahli mengatakan angkatan bersenjata Filipina, yang sejak delapan tahun lalu melakukan modernisasi di laut kemungkinan akan menggunakan rudal untuk mencegah Beijing menggunakan penjaga pantai, angkatan laut dan kapal penangkap ikan di Laut China Selatan, di sebelah barat Pulau Luzon dan selatan Hong Kong.

Rudal BrahMos memiliki jangkauan 290 kilometer dan dirancang menjelajah dengan kecepatan sekitar tiga setengah kali lebih cepat daripada rudal jelajah subsonik Harpoon Amerika. Filipina adalah negara pembeli pertama sistem rudal itu di luar India, menurut data Stockholm International Peace Research Institute (Lembaga Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya