Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Rusia Vladimir Putin melakukan percakapan via telepon pada Minggu 20 Februari 2022.
Dalam pembicaraan tersebut, keduanya disebutkan berjanji untuk "menghindari eskalasi, mengurangi risiko, dan menjaga perdamaian" di Ukraina timur, demikian disampaikan kantor kepresidenan Prancis dalam sebuah konferensi pers seperti dikutip dari Xinhua, Senin (21/2/2022).
Baca Juga
Menurut pihak Istana Elysee, Emmanuel Macron dan Vladimir Putin telah bersepakat untuk melanjutkan upaya dalam kerangka format Normandia berdasarkan pertukaran dan proposal yang dibuat oleh Ukraina dalam beberapa hari terakhir, serta mengupayakan agar pertemuan kelompok kontak trilateral digelar dalam beberapa jam ke depan dengan tujuan untuk mendapatkan "komitmen gencatan senjata" dari semua pemangku kepentingan.
Advertisement
Mereka juga sepakat tentang perlunya mendukung solusi diplomatik untuk krisis saat ini dan "mengerahkan segala upaya untuk mencapainya," seraya menambahkan bahwa Menteri Urusan Eropa dan Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam beberapa hari mendatang dan beberapa konsultasi akan diadakan di Paris.
"Upaya diplomatik harus memungkinkan kemajuan atas dasar pertukaran terbaru dengan melibatkan semua pemangku kepentingan ... guna mencapai, jika persyaratannya terpenuhi, pertemuan di tingkat tertinggi untuk menentukan tatanan baru perdamaian dan keamanan di Eropa," menurut rilis pers tersebut.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Juga Telah Menelepon Presiden Ukraina
Sebelumnya, Macron juga berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui telepon akhir pekan lalu.
"Presiden Zelensky telah mengonfirmasi tekadnya untuk tidak bereaksi terhadap provokasi dan menghormati gencatan senjata," kata Elysee dalam rilis pers lainnya.
Pada Sabtu (19/2), Prancis mendesak seluruh warga negaranya yang saat ini berada di Ukraina agar meninggalkan negara tersebut dan menyarankan warganya agar menunda perjalanan mereka ke sana.
Advertisement