Liputan6.com, Kyiv - Sebuah video beredar di Telegram yang menampilkan eksekusi beberapa tentara Rusia yang ditangkap. Lokasi berada di desa dekat ibu kota Kyiv. Tentara Rusia sedang mundur dari Kyiv yang hingga kini berhasil dikendalikan pemerintahan Volodymyr Zelensky.Â
Pada video viral itu, tampak juga dua tentara Rusia yang terbaring di pinggir jalanan, di atas genangan darah segar. Tentara Ukraina yang menangkap mereka menembak mereka beberapa kali, lalu ternyata prajurit Rusia itu masih bergerak, kemudian ditembak lagi.Â
Advertisement
Baca Juga
Ada pula setidaknya tiga tentara Rusia lain yang terlihat tewas. Salah satunya dengan posisi kedua tangan terikat di punggung.
Keaslian video itu telah diverifikasi oleh The New York Times. Video itu difilmkan di Dmytrivka yang berjarak sekitar 11 kilometer dari Bucha yang menjadi lokasi pembantaian warga sipil Ukraina oleh pihak Rusia. Para tentara Rusia itu dapat teridentifikasi dari arm band mereka. Kendaraan mereka yang hancur juga terlihat di kamera.Â
Menurut The New York Times, Jumat (8/4/2022), tentara Rusia itu kemungkinan disergap pada sekitar akhir Maret lalu. Kota-kota kecil di sekitar barat Kyiv dilaporkan menjadi lokasi pertempuran ganas dalam beberapa pekan terakhir.
Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin, sempat menuduh tentara Rusia mencuri dari kota-kota kecil di Ukraina, seperti makanan dan perhiasan. Sebuah tweet viral bahkan menyebut tentara Rusia mencuri PlayStation.
Kementerian Pertahanan Ukraina turut menyorot banyaknya kendaraan-kendaraan militer Rusia yang hancur. Legion internasional juga turut membantu mengusir tentara Rusia dari Ukraina, di antaranya yakni legion dari Georgia. Pada 2008, Rusia juga pernah menyerang Georgia.Â
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pencurian oleh Tentara Rusia
Aksi pencurian terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Para tentara Rusia dituding mencuri barang-barang milik warga Ukraina untuk dibawa pulang.Â
Duta Besar Ukraina di Indonesia, Dr. Vasyl Haimanin, menjelaskan bahwa tentara Rusia masuk ke rumah warga-warga sipil yang berlokasi di kota-kota kecil.Â
"Rusia sampai sekarang masih gagal menguasai kota-kota besar, lalu apa yang mereka lakukan di kota-kota kecil dan desa-desa? Mereka masuk ke toko, ke dalam rumah-rumah warga sipil, dan mencuri apapun yang ada: perhiasan, telepon genggam, peralatan, mobil, makanan. Itulah yang mereka lakukan," ujar Dubes Ukraina Vasyl Hamianin di konferensi pers virtual pada Maret lalu.
Dubes Ukraina menilai tindakan seperti itu tidak mencerminkan tentara, melainkan pencuri.
Korban jiwa dari invasi Rusia masih terus bertambah. Lebih dari 100 anak-anak sudah menjadi korban. Dubes Ukraina berkata sekitar tiga juta orang sudah mengungsi.Â
Dua anak Dubes Ukraina yang masih remaja juga beberapa hari lalu tiba di Indonesia, namun banyak anggota keluarganya yang lain lebih memilih menetap di Ukraina.Â
"Mereka ingin menetap bersama negara, bersama rakyat," ujar Dubes Ukraina.
Advertisement
Lebih dari 100 Serangan Dilayangkan pada Fasilitas Kesehatan
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan per 7 April 2022 sudah lebih dari 100 serangan dilayangkan pada fasilitas kesehatan Ukraina.
Untuk itu, WHO menyebut bahwa 7 April adalah tonggak suram dalam perang Rusia Ukraina. Serangan-serangan itu sejauh ini telah merenggut 73 nyawa dan melukai 51 orang.
Dari total 103 serangan saat ini, 89 berdampak pada fasilitas kesehatan dan 13 berdampak pada transportasi, termasuk ambulans.
"Kami marah karena serangan terhadap perawatan kesehatan terus berlanjut. Serangan terhadap layanan kesehatan merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional," kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konferensi pers dikutip Jumat (8/4/2022).
"Perdamaian adalah satu-satunya jalan ke depan. Saya sekali lagi menyerukan kepada Federasi Rusia untuk menghentikan perang," dia menekankan.
Dalam keterangan yang sama, Direktur Regional WHO untuk Eropa Dr Hans Henri P. Kluge yang mengunjungi pusat kemanusiaan Lviv di Ukraina Barat menambahkan bahwa ini menjadi ironi yang menyedihkan.
"Sungguh ironi yang menyedihkan bahwa WHO mencatat tonggak sejarah lebih dari 100 serangan terhadap layanan kesehatan di Ukraina bertepatan dengan Hari Kesehatan Dunia," katanya.
"Saya secara pribadi dikejutkan oleh ketahanan dan ketabahan penyedia layanan kesehatan dan tentu saja dari sistem kesehatan itu sendiri di Ukraina," Hans menambahkan.
Hingga kini, WHO telah bekerja untuk memastikan jalur pasokan tetap terbuka untuk memungkinkan pasokan kesehatan dan medis yang menyelamatkan jiwa mencapai kota-kota di seluruh negeri.
"Dan serangan yang berkelanjutan terhadap pelayanan kesehatan membuat upaya ini semakin menantang," ujarnya lagi.
Indonesia Abstain Dukung Pencopotan Rusia dari Dewan HAM PBB
United Nations General Assembly (UNGA) atau Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memilih untuk menangguhkan Rusia dari badan hak asasi manusia terkemuka organisasi itu, di tengah tuduhan bahwa tentaranya membunuh warga sipil saat mundur dari wilayah di sekitar ibu kota Ukraina.
Resolusi yang diprakarsai Amerika Serikat pada Kamis 7 April 2022 mencapai dua pertiga suara mayoritas anggota dalam pemungutan suara UNGA yang diperlukan untuk meloloskan resolusi tersebut. Dengan 93 suara mendukung dan 24 menentang.
Mengutip Al Jazeera, Jumat (8/4/2022), 58 negara memutuskan abstain, tetapi suara mereka tidak dihitung dalam penghitungan akhir.
Resolusi singkat tersebut menyatakan "keprihatinan besar atas krisis hak asasi manusia dan kemanusiaan yang sedang berlangsung di Ukraina, khususnya atas laporan pelanggaran dan pelanggaran hak asasi manusia dan pelanggaran hukum humaniter internasional oleh Federasi Rusia, termasuk pelanggaran berat dan sistematis dan pelanggaran hak asasi manusia".
Pemungutan suara, yang menjadikan Moskow sebagai anggota tetap pertama Dewan Keamanan PBB dan membuat keanggotaannya dicabut dari badan PBB mana pun, segera disambut oleh Kiev tetapi dikritik oleh Moskow.
"Penjahat perang tidak memiliki tempat di badan-badan PBB yang bertujuan melindungi hak asasi manusia. Terima kasih kepada semua negara anggota yang mendukung resolusi UNGA yang relevan dan memilih sisi sejarah yang benar," kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba di Twitter.
Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan penyesalannya tentang keputusan tersebut.
"Kami minta maaf tentang itu," kata Peskov dalam sebuah wawancara dengan Sky News Inggris. "Dan kami akan terus membela kepentingan kami menggunakan segala cara hukum yang mungkin," kata Peskov.
Advertisement