Liputan6.com, Kiev - Rusia pada Jumat (24/6) mengatakan keputusan para pemimpin Uni Eropa (EU) untuk memberikan status calon anggota EU kepada Ukraina dan Moldova akan menimbulkan konsekuensi negatif.
Rusia juga mengatakan pemberian status tersebut bisa berarti "memperbudak" negara-negara tetangga EU.
Baca Juga
Juru bicara kementerian luar negeri Rusia Mariz Zakharova menyebut langkah EU tersebut sebagai upaya untuk merangsek ke lingkup pengaruh Rusia di Persemakmuran Negara-negara Independen (CIS), yang terdiri dari negara-negara bekas Soviet.
Advertisement
"Dengan memutuskan untuk memberikan status kandidat kepada Ukraina dan Moldova, Uni Eropa menegaskan terus secara aktif mengeksploitasi CIS pada tingkat geopolitik, menggunakannya untuk 'menahan; Rusia," katanya melalui pernyataan sebagaimana dikutip dari Reuters, dikutip dari Antara, Sabtu (25/6/2022).
"Mereka tidak memikirkan konsekuensi negatif yang timbul dari langkah seperti itu," ujarnya.
Dengan memperluas keanggotaan ke Ukraina dan Moldova --dua republik bekas Soviet, Zakharova mengatakan EU sedang mengorbankan ideologi demokratik melalui "ekspansi tak terkendali serta perbudakan politik dan ekonomi pada negara-negara tetangganya."
Proses yang dijalani sebuah negara untuk menjadi anggota Uni Eropa bisa memakan waktu bertahun-tahun.
Kendati demikian, keputusan EU untuk menerima Ukraina dan Moldova sebagai calon anggotanya merupakan simbol niat kelompok negara Eropa tersebut untuk menjangkau lebih dalam ke bekas Uni Soviet.
Moskow mengatakan pihaknya perlu mengirimkan pasukan ke Ukraina, sebagian, untuk mencegah wilayah negara itu digunakan untuk menyerang Rusia.
Negara-negara Barat maupun pemerintah Ukraina mengatakan pernyataan Rusia itu merupakan alasan tak berdasar untuk membenarkan perampasan tanah.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Zelenskyy: Momen Unik dan Bersejarah
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyambut baik keputusan itu dan menyebutnya sebagai "momen unik dan bersejarah" dalam hubungan dengan Uni Eropa (UE). "Masa depan Ukraina ada di UE," tulisnya di Twitter.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengucapkan selamat kepada Ukraina dan Moldova. "Dewan Eropa menyambut dua negara kandidat baru untuk bergabung dengan UE," kata Scholz. "Ini untuk kerja sama yang baik dalam keluarga Eropa."
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, dia yakin bahwa Ukraina dan Moldova akan bergerak secepat mungkin untuk menerapkan reformasi yang diperlukan. "Saya sangat yakin bahwa keputusan yang kami ambil hari ini memperkuat kita semua," katanya.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan kepada kedua negara, keputusan ini "menandai langkah penting di jalan Anda menuju UE."
Perdana Menteri Estonia Kaja Kallas mengatakan kepada DW, Uni Eropa sekarang punya waktu meyakinkan Ukraina dan Moldova untuk menerapkan reformasi yang diperlukan guna menjadi anggota resmi. Dia mengingatkan, jangan sampai "Ukraina dan Moldova tidak melakukan reformasi yang juga kita butuhkan. Menyingkirkan korupsi, juga menjadi negara hukum," sehingga menghambat proses menjadi anggotga resmi.
Presiden Moldova Maia Sandu di Twitter mengatakan, keputusan KTT Uni Eropa adalah "sinyal dukungan yang kuat untuk Moldova dan warga kami."
Â
Advertisement
Makedonia Utara dan Albania Masih Menunggu
KTT Uni Eropa masih belum sepakat untuk meningkatkan status Makedonia Utara dan Albania, yang sejak lama mengajukan permohonan keanggotaan. Kedua negara diberi status kandidat resmi masing-masing pada 2005 dan 2014, namun perundingan keanggotaan saat ini terhenti.
Perdana Menteri Makedonia Utara Dimitar Kovacevski menyatakan kecewa karena kurangnya kemajuan dalam proses keanggotaan negaranya. "Apa yang telah terjadi merupakan pukulan serius bagi kredibilitas Uni Eropa," kata Kovacevski pada konferensi pers setelah KTT.
Kanselir Jerman Olaf Scholz berharap, proses keanggotaan bisa dipercepat. "Selama hampir 20 tahun, negara-negara dan warga Balkan Barat telah menunggu kesempatan untuk menjadi anggota Uni Eropa," kata Olaf Scholz menjelang KTT di Brussel. Dia menyebutkan bahwa Makedonia Utara bahkan telah berganti nama untuk melanjutkan aspirasinya bergabung dengan Uni Eropa.
Keputusan penerimaan anggota baru di Uni Eropa memang harus disetujui dengan suara bulat oleh semua negara anggota. Sebuah negara baru bisa resmi diterima menjadi anggota baru, jika tidak ada anggota Uni Eropa yang menyatakan keberatan.
Â
Kiriman Pertama Panzerhaubitze 2000, Senjata Berat Paling Kuat Jerman Tiba di Ukraina
Kabar baik bagi Ukraina sebelumnya datang dari Jerman.
Pengiriman pertama howitzer Jerman dan senjata berat lainnya telah tiba di Ukraina pada Selasa 21 Juni 2022. Pemerintah di Berlin menerbitkan daftar lengkap bantuan militer yang dikirim atau dijanjikan ke Kiev.
"Pengiriman pertama senjata berat yang dijanjikan oleh pemerintah Jerman telah tiba di Ukraina", kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov pada hari Selasa seperti dikutip dari DW Indonesia, Kamis (23/6/2022).
Kedatangan senjata itu menjadi jawaban dari permintaan Kiev yang berulang kali mendorong bantuan senjata dan amunisi yang lebih baik untuk menahan serangan militer Rusia di Ukraina timur.
Panzerhaubitze 2000 akhirnya menjadi bagian dari gudang senjata Ukraina.
Artileri yang mampu bergerak sendiri, howitzer self-propelled, Panzerhaubitze 2000, adalah senjata berat kiriman pertama Jerman yang tiba di Ukraina. Pada bulan Mei, Berlin berjanji untuk mengirim tujuh sistem artileri, menambah lima howitzer yang dijanjikan oleh Belanda.
Panzerhaubitze 2000 adalah beberapa senjata artileri paling kuat dalam persediaan militer Jerman. Howitzer dapat mencapai target yang terletak hingga 40 kilometer jauhnya.
Reznikov memuji rekannya dari Jerman, Christine Lambrecht, dan Menteri Pertahanan Belanda Kajsa Ollongren atas pengiriman tersebut.
"Panzerhaubitze 2000 akhirnya menjadi bagian dari persenjataan howitzer 155 mm artileri Ukraina," tulis Reznikov di Twitter.
Dia menyebut pengiriman itu sebagai "contoh kerja sama internasional dalam mendukung Ukraina."
Advertisement