Liputan6.com, Pyongyang - Surat kabar resmi Pyongyang, Rodong Shinmun, mengkonfirmasi bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah terjangkit COVID-19.
Konfirmasi resmi oleh surat kabar yang dikelola negara itu muncul beberapa minggu setelah saudara perempuannya Kim Yo-jong mengisyaratkan infeksi saudaranya saat menghadiri pertemuan darurat di mana dia mendeklarasikan kebebasan atas Virus Corona tersebut, dikutip dari laman South China Morning Post, Rabu (31/8/2022).
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa saudara laki-lakinya "sakit parah" akibat demam tinggi, tetapi tidak bisa beristirahat karena kekhawatirannya tentang kepedulian terhadap rakyat Korea Utara.
Advertisement
Rodong Shinmun merinci langkah pemimpin Korea Utara belakangan ini sejak negara itu melaporkan kasus infeksi pertama yang dikonfirmasi pada bulan Mei.
Mengenai kondisi Kim Jong-un, surat kabar itu mengatakan "pemimpin yang sangat dihormati itu sangat menderita demam tinggi di tengah pertempuran anti-pandemi", dan dia melakukan kunjungan untuk bertemu dengan para pekerja yang saat itu terinfeksi virus.
"Para pekerja di sana berlinang air mata dan menahan emosi mereka ketika mereka melihat pemimpin yang ada di sana dan menyemangati mereka dengan risiko penularan," tambahnya.
Media tersebut mengatakan Kim menghubungi para pekerja yang terinfeksi pada 12 Mei ketika dia mengumumkan wabah COVID-19 di Korea Utara selama pertemuan Politbiro dan kemudian mengunjungi markas besar untuk pengendalian penyakit dan pencegahan epidemi.
Media yang dikelola negara itu telah melaporkan kontak Kim dengan orang yang terinfeksi beberapa kali sejak wabah pada bulan Mei.
"Ketika pemimpin besar itu mengunjungi markas pencegahan epidemi darurat negara pada malam pertama sejak langkah-langkah anti-pandemi darurat maksimum diberlakukan, beberapa pejabat di sana sudah terinfeksi 'epidemi ganas'," kata media harian itu.
Kunjungan Kim Jong-un ke Apotek Pyongyang
Rodong Shinmun juga mengatakan Kim telah mengunjungi apotek-apotek di Pyongyang pada bulan Mei untuk memeriksa pasokan obat di negara itu.
Laporan itu mengatakan salah satu apoteker yang ditemui Kim belum sepenuhnya pulih dari infeksi COVID-19 dan terus batuk saat bertemu dengannya. Pemimpin Korea Utara itu dilaporkan menyatakan keprihatinannya atas kesehatan apoteker yang terinfeksi dan terlihat mengenakan dua lapis masker medis selama kunjungan tersebut.
Pada tanggal 12 Agustus, saudara perempuan Kim menyatakan kemenangan atas perjuangan melawan virus corona dan mencabut langkah-langkah "anti-pandemi darurat maksimum" di negara itu. Hal ini terjadi tiga bulan setelah negara itu melaporkan kasus pertama yang dikonfirmasi pada bulan Mei.
Namun, negara itu melihat empat kasus tambahan minggu lalu, demikian menurut Kantor Berita Pusat resmi Korea (KCNA). Jumlah total infeksi belum terungkap.
Advertisement
Dokter Meragukan Klaim Pemerintah Korea Utara
Choi Jong-hoon, mantan dokter spesialis penyakit menular dari Korea Utara, mengatakan bahwa laporan surat kabar yang dikelola negara itu tampaknya merupakan sebuah propaganda yang bertujuan untuk mempertahankan kesetiaan kepada partai.
Dia meragukan klaim negara tersebut dalam mengatasi pandemi global yang sedang berlangsung. "Rakyat Korea Utara telah sangat menderita selama tiga tahun terakhir pandemi," kata Choi.
"Mereka telah bosan dengan kesulitan keuangan dan tampaknya para pejabat Korea Utara sekarang merasa perlu untuk menunjukkan kepada publik bagaimana Kim Jong-un sendiri telah kesakitan dan menderita."
Choi menambahkan "omong kosong" bahwa negaranya sendiri telah membasmi virus korona, sementara seluruh dunia masih berada di tengah-tengah pandemi.
Korea Utara Lapor 4 Kasus Demam Baru, 13 Hari Usai Klaim Bebas COVID-19
Korea Utara melaporkan empat kasus demam baru di Provinsi Ryanggang, Kamis (25/8/2022). Selang 13 hari setelah mereka mengklaim kebebasannya atas pandemi COVID-19.
Sejak 29 Juli, angka demam harian di Korea Utara tetap nol. Mengutip data dari markas besar pencegahan epidemi darurat negara, media pemerintah Pyongyang mengatakan empat kasus demam yang diduga terinfeksi "epidemi ganas" terjadi di Provinsi Ryanggang di wilayah timur laut pada hari Selasa 23 Agustus 2022 lalu.
Mengutip Korean Herald, alih-alih merujuk pada COVID-19, Korea Utara telah menyebut Virus Corona sebagai "epidemi ganas" dan menggambarkan pasien dengan gejala sebagai penderita demam.
Laporan itu muncul setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mendeklarasikan klaim kebebasan negaranya atas COVID-19 pada 10 Agustus, ketika ia memerintahkan pencabutan tindakan pencegahan penyakit ketat yang dia terapkan pada bulan Mei lalu.
Otoritas kesehatan segera melakukan langkah lockdown daerah tersebut dan bekerja untuk menemukan penyebab wabah demam tersebut, demikian ungkap Kantor Berita Pusat Korea resmi Korea Utara.
Atas empat kasus demam pada hari Kamis, media pemerintah memang membuat klaim bahwa pihak berwenang tidak menemukan kasus epidemi ganas yang dikonfirmasi sejak menyatakan kemenangan melawan penyakit tersebut.
Advertisement