Liputan6.com, Islamabad - Amerika Serikat melalui lembaga bantuan USAID memberikan tambahan bantuan senilai US$30 juta atau setara Rp 445 miliar setelah PBB dan Pakistan meminta bantuan sebesar US$160 juta untuk dana darurat guna membantu jutaan orang yang terkena dampak banjir.
Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (1/9/2022) insiden banjir memakan korban jiwa yang mencapai rekor dan menewaskan lebih dari 1.160 orang sejak pertengahan Juni lalu.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres akan berkunjung ke Pakistan pada 9 September dan bertemu dengan para korban banjir untuk menyampaikan solidaritas, demikian menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya.
Advertisement
Baca Juga
Vedant Patel, wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, "Banjir ini telah berimbas pada sekitar 33 juta orang dan mengakibatkan 1.100 lebih kematian dan lebih dari 1.600 orang lainnya mengalami cedera. Selain itu, 1 juta lebih rumah telah rusak atau hancur, dan hampir sekitar 735.000 ternak, sumber utama mata pencaharian dan makanan, telah hilang".
Menurut perkiraan awal pemerintah, kehancuran tersebut menyebabkan kerugian ekonomi sebesar $10 miliar.
AS juga memperbarui tuduhan bahwa Rusia berencana untuk mengadakan referendum palsu yang akan segera terjadi di beberapa bagian Ukraina yang saat ini didudukinya untuk mencoba mengklaim kedaulatan atas wilayah tersebut.
Departemen Luar Negeri, Selasa (30/8), mengatakan bahwa pihaknya yakin Rusia akan memulai kampanye disinformasi besar-besaran, memalsukan jumlah pemilih dan membesar-besarkan jumlah orang yang diduga memilih untuk bergabung dengan Rusia.
Banjir Pakistan: Bantuan Internasional Akhirnya Sampai
Bantuan internasional telah berhasil mencapai wilayah banjir di Pakistan pada Senin (29/8/2022). Warga Pakistan sedang menjadi korban banjir besar yang telah merenggut nyawa lebih dari 1.000 orang.
Dilaporkan AP News, pesawat kargo yang sudah tiba berasal dari Turki dan Uni Emirat Arab. Pesawat tiba pada Minggu kemarin dengan membawa tenda, makanan, dan keperluan sehari-hari. Selanjutnya, barang-barang bantuan itu didistribusi dengan truk ke berbagai daerah.
Pakistan telah menetapkan status darurat karena bencana alam ini. Sudah ada puluhan ribu orang terdampak banjir di Pakistan, seperti di Provinsi Sindh dan Baluchistan. Rencananya, PBB juga akan segera meminta bantuan internasional bagi korban banjir.
Pada Jumat lalu, Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif telah meminta bantuan internasional untuk membantu banjir. Ia berkata bencana ini dipicu oleh perubahan iklim yang mengerikan. Lebih dari 300 anak menjadi korban jiwa.
"Hujan yang terus-menerus telah menyebabkan luluh lantak di penjuru negara," ujarnya. Ia pun berterima kasih pada negara-negara sahabat yang membantu Pakistan.
Seorang korban banjir di Charsadda, Rehmat Ullah, mengaku kebingungan mencari nafkah karena banjir di berbagai tempat.
"Saya duduk di sini bersama keluarga saya di tenda, dan bagaimana saya bisa berangkat kerja? Bahkan jika saya mencari kerja, siapa yang akan memberi saya kerja sebab ada air di mana-mana," ujarnya.
PM Sharif berkata bahwa pemerintah Pakistan akan menyediakan rumah kepada orang-orang yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir ini.
Advertisement
Kemlu RI: 1.267 WNI Selamat dari Banjir Bandang di Pakistan
Dilaporkan sebelumnya, Kementerian Luar Negeri RI (Kemlu RI) memastikan bahwa para WNI dilaporkan selamat dari terjangan banjir bandang di Pakistan. Namun, warga tetap diminta waspada.
Berdasarkan update dari Direktur Perlindungan WNI Judha Nugraha, Minggu (28/6), Pakistan mengalami bencana alam banjir badang di Prov. Balochistan dan Khyber Pakhtunkhwa. National Disaster Management Authority (NDMA) Pakistan mencatat sekitar 1.000 orang tewas. Pemerintah Pakistan telah mengumumkan kondisi darurat di wilayah terdampak.
KBRI Islamabad dan KJRI Karachi telah berkoordinasi dengan otoritas setempat dan berkomunikasi dengan simpul komunitas Indonesia, hingga saat ini tidak terdapat WNI yang menjadi korban bencana banjir tersebut. Jumlah WNI di Pakistan tercatat berjumlah 1.267 di mana mayoritas bertempat tinggal di Karachi, Islamabad Lahore, Karachi, Rawalpindi, Sialkot, Gujrat dan Peshawar.
KBRI dan KJRI juga telah menyampaikan imbauan untuk selalu tanggap dan waspada serta memantau informasi yang disampaikan National Disaster Management Authority (NDMA) dan Pakistan Meteorological Department (PMD), menunda perjalanan ke lokasi rawan bencana dan segera menghubungi otoritas setempat dan Perwakilan RI terdekat jika terjadi situasi darurat.